Universitas Airlangga Official Website

Tri Maharani Bagikan Ilmu Seputar Toksinologi dalam IMMS 2023

Tri Maharani saat menyampaikan materinya dalam acara Indonesia Mountain Medicine Summit (IMMS) 2023, pada Senin (19/3/2023) (Foto: dok. panitia)

UNAIR NEWS – Saat melakukan wisata alam, tentu akan banyak ditemui berbagai jenis hewan yang berkeliaran secara bebas. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, diperlukan adanya pengetahuan terkait ilmu toksin. Saat acara Indonesia Mountain Medicine Summit (IMMS) 2023,  Dr dr Tri Maharani Msi SpEM, memaparkan materi mengenai peran ilmu toksinologi di wisata alam bebas.

Dalam acara yang melibatkan Dokter Pendaki dan Kelompok Pengkaji Lingkungan Aesculap (KPLA) Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Airlangga ini, Maha mangaku sejak kecil tertarik tentang alam dan hewan. Setelah menyelesaikan studi specialistnya, ia mencoba melihat apa masalah di Indonesia yang belum terselesaikan, yaitu gigitan hewan berbisa. 

“Salah satu jenis hewan berbisa yang biasa ditemui adalah ular,” papar Maha pada Senin (19/3/2023).

Menurut data yang dikumpulkan Maha, insiden gigitan ular di Indonesia mencapai angka 135 ribu pada tahun 2021, dengan jumlah kematian sebesar 10 persen. “Tugas kita adalah mengetahui efek venom, dan kelemahan dari tenaga medis adalah tidak tahu identifikasi ular, yang kadang dipikir berbisa ternyata tidak,” ungkap Maha.

Cara Membedakan Ular Berbisa dan Tidak Berbisa

Untuk membedakan ular berbisa dan tidak berbisa, jelas Maha, dapat dilihat dari sisiknya. “Ular yang tidak berbisa, antara sisik mata dan sisik hidung, itu ada sisik antara yang disebut sisik loreal, sedangkan ular yang berbisa tidak ada sisik antara sisik mata dan hidung,” ungkapnya.

Selanjutnya, sambung Maha, bisa dilihat dari bekas gigitan. Pada ular tidak berbisa, jelasnya, akan nampak seperti luka robek, namun pada ular berbisa, bekasnya seperti tusukan atau lubang yang kadang tidak terlihat bekasnya. 

“Yang perlu diperhatikan bukan jumlah gigitan, namun bentuk gigitannya, dari taring atau hanya gigi biasa,” jelas Maha.

Penanganan Saat Terjadi Gigitan Ular 

Dalam paparannya, Maha mengatakan bahwa imobilisasi ternyata membantu venom untuk tidak menyebar ke seluruh tubuh dan hanya ada di tempat gigitannya saja.

“Kalau digigit, jangan panik dulu. Jangan lakukan pengikatan, penyedotan, obat-obat tradisional, karena sampai sekarang belum terbukti itu bisa menyebabkan venom keluar dari tubuh. Jadi, lakukan imobilisisasi, bawa ke pelayanan kesehatan dan yang terakhir (kalau bisa red) fotokan ularnya, jika ularnya dibunuh, bawa spesimennya,” pungkas Maha.

Penulis: Tia Restutika

Editor: Nuri Hermawan