“Dont stop before your dreams come true”
UNAIR NEWS – I Gede Gustiyana menjadi salah satu mahasiswa yang berhasil mengantongi tiket wisuda Universitas Airlangga (UNAIR) periode 243. Ia berhasil menjadi wisudawan terbaik pada jenjang S2 Sekolah Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,94.
Seimbangkan Waktu Kuliah dan Tugas Dinas
Gustiyana bercerita bahwa perjalanan studi S2 tidaklah berjalan mudah. Hal tersebut karena ia harus menjalani kuliah bersamaan dengan dinas kepolisian. Terlebih, profesinya sebagai seorang polisi menuntutnya untuk banyak berada di lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat.
“Harus bisa membagi waktu antara kuliah dengan dinas kepolisian yang jamnya sering sekali bersamaan, sehingga kadang kala sembari giat kepolisian kita mendengarkan pembelajaran dari dosen,” tutur Gustiyana.
Gusti mengaku kerap kesulitan ketika melakukan presentasi saat sedang bertugas di lapangan. “Susahnya kalau bertepatan dengan paparan, wah itu harus cari tempat agak sepi, karena dinas kita lebih sering interaksi kepada masyarakat dan ramai,” akunya.
Namun, dengan segala kendala yang ia lalui selama masa studi, Gustiyana berhasil menuntaskan studinya dengan baik. Ia berhasil lulus dari Sekolah Pascasarjana UNAIR dalam waktu 1 tahun 5 bulan dengan IPK nyaris sempurna.
Lulus dengan predikat Wisudawan Terbaik Sekolah Pascasarjana UNAIR menjadi capaian yang paling membanggakan baginya. Ia pun berencana untuk terus melanjutkan studi ke S3 Hukum dan Pembangunan di UNAIR.
“Kalau ditanya prestasi yang membanggakan, yaitu menjadi lulusan terbaik di KIK UNAIR, saya juga berencana melanjutkan S3 di Hukum dan Pembangunan UNAIR, “ terangnya.
Pengalaman Kuliah yang Mengesankan
Berkuliah di UNAIR turut memberikan pengalaman berkesan bagi Gustiyana. Ia berkesempatan menjalin relasi dengan berbagai orang hebat, seperti guru besar dan kurator, pengacara, dan lainnya. Oleh karena itu, proses belajar Gustiyana tidak hanya didapat dari dosen pengajar, namun juga rekan-rekan kuliahnya.
”Pengalaman menarik adalah di kelas satu angkatan saya ada yang sudah jadi guru besar dan merupakan kurator, ada juga pengacara, sehingga dalam proses bertukar ilmu dan wawasan lebih hidup dan lebih luas,” terang Gustiyana.
Hal itu tentunya menjadi privilege bagi Gustiyana karena memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan seorang guru besar. “Banyak masukan kritik dari beliau (Red: guru besar) sehingga banyak membantu saya dalam profesional bertugas di kepolisian,” terangnya. (srz/edw)