UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2023, pada Minggu (18/6/2023) Unit Kegiatan Mahasiswa Peduli Penyalahgunaan Napza dan Penyebaran HIV/AIDS (UK Mapanza) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar webinar nasional bertajuk Singkirkan Rokok, Selamatkan Generasi Muda. Webinar berlangsung secara online menghadirkan narasumber Wawan Kurniawan Aziz SPsi, seorang Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNNP Jawa Timur.
Pengguna rokok aktif yang terus naik di Indonesia menyebabkan lebih banyak pula masyarakat terpapar asap rokok. Ini merupakan hal yang memprihatinkan karena merokok memiliki dampak berbahaya bagi tubuh.
Wawan selaku narsumber menyampaikan bahwa satu rokok mengandung 4000 zat kimia. 43 di antarana adalah zat beracun dan dapat memicu kanker. Ia menjelaskan bahwa banyak sekali penyakit yang akan timbul karena aktvitas merokok.
“Banyak sekali penyakit yang timbul akibat konsumsi rokok. Seperti penyakit jantung dan paru-paru hingga kanker. Ini saya rasakan sendiri ketika berhenti merokok rasanya ketika lari dan futsal lebih panjang durasi main saya,” ungkap Wawan.
Regulasi Pemerintah
Wawan menjelaskan bahwa perlindungan terhadap paparan asap rokok sudah diatur dalam UU kesehatan no 36 tahun 2009 yang kemudian diteruskan kembali pada masing-masing peraturan daerah untuk menerapkan kawasan tanpa rokok.
“Intinya, ada area tertentu yang dilarang seperti area pendidikan, kesehatan yang dipertegas bebas dari asap rokok. Ini sebagai pengurangan dan melindungi perokok pasif. Dimana terkena paparan rokok sangatlah berbahaya. Hal ini sudah diregulasi oleh pemerintah,” jelas Wawan.
Regulasi pemerintah yang Wawan maksud adalah pemerintah telah berupaya memfasilitasi upaya layanan berhenti merokok (UBM). Yakni, melalui fasilitas tingkat pertama (FKTP) dengan meningkatkan pertugas kesehatan dalam menyediakan sarana dan prasarana layanan berhenti merokok. Serta, adanya psikolog yang bisa diakses seluas-luasnya oleh masyarakat.
Berbicara tentang rokok, Wawan mengungkapkan bahwa penggunaan rokok juga merupakan awal dari menggunakan narkotika. “Narkotika, nikotin atau rokok itu masuk terdalam zat adiktif lainnya,” ungkap Wawan.
Survey menunjukkan, sebagian besar pemakai mendapatkan narkoba berasal dari teman. Wawan mengungkapkan BNN memiliki dua program prioritas nasional untuk menyelesaikan problem narkoba yaitu intervensi ketahanan keluarga antinarkoba dan pelatihan pengembangan softskill pada remaja.
Sampaikan Solusi
Wawan juga menyampaikan solusi agar para remaja terhindar dari narkoba dan zat adiktif. “Secara umum ada tiga dimensi untuk ketahanan diri remaja anti narkoba. Pertama adalah self regulation bagaimana seseorang punya prinsip pemahaman narkoba itu merugikan. Kemudian assertiveness. Ketika sudah tau buruk maka berani menolak, bagaimana menyatakan tidak tanpa merasa bersalah. Dan yang terkahir reaching out, menciptakan orang-orang terdekat yang anti narkoba,” jelas Wawan.
Di akhir, Wawan mengingatkan para peserta webinar untuk jangan sampai kita mengabaikan para pecandu dan rangkul mereka. “Jadilah pemuda harapan bangsa sehat berkarya tanpa narkoba,” ungkap Wawan mengakhiri. (*)
Penulis: Shafa Aulia Ramadhani
Editor: Binti Q. Masruroh