Universitas Airlangga Official Website

UNAIR Cetuskan Teknologi Virtual Reality untuk Pariwisata dan Pembelajaran Sejarah

Penerapan VR pada booth FIB UNAIR. (Foto: Istimewa)
Penerapan VR pada booth FIB UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS Universitas Airlangga (UNAIR) lahirkan inovasi baru dengan menggabungkan teknologi dan bidang ilmu sejarah. Bermitra dengan Pemerintah Kabupaten Mojokerto, UNAIR melalui Fakultas Ilmu Budaya (FIB) berupaya meningkatkan daya tarik wisata dan jumlah kunjungan dengan memanfaatkan teknologi virtual reality.

Dekan FIB Prof Purnawan Basundoro menjelaskan bahwa wisata virtual ini pertama menyasar wisata sejarah yang berada di Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Nama Trowulan ini sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Majapahit.

“Bahwa kawasan pariwisata di Mojokerto khususnya Trowulan, ini adalah kawasan yang sudah mendunia. Kebesaran Majapahit itu tergambar dalam lanskap kawasan bersejarah di Trowulan,” kata Prof Pur, Kamis (6/10/2022).

Menurut Prof Pur, potensi kawasan wisata sejarah ini perlu untuk lebih diperkenalkan kepada wisatawan baik domestik maupun asing. Dengan demikian, jumlah kunjungan wisatawan dapat meningkat dan membawa dampak baik terhadap perekonomian masyarakat. 

Penampakan wisata virtual gagasan FIB UNAIR (Foto: Istimewa)
Penampakan wisata virtual gagasan FIB UNAIR (Foto: Istimewa)

Lebih lanjut, Prof Pur mengatakan bahwa salah satu upaya paling tepat dalam memperkenalkan pariwisata sejarah adalah dengan menggunakan teknologi. Mengingat, perkembangan teknologi saat ini begitu masif dan telah menjadi konsumsi berbagai kalangan masyarakat, baik tua maupun muda.

Melihat potensi itu, UNAIR berinisiatif membuat aplikasi untuk membawa pengunjung menikmati wisata secara virtual. Melalui satu website, masyarakat bisa merasakan atmosfer berwisata. “Kami berinisiatif untuk membuat aplikasi memindahkan wisata ke dalam virtual reality yang bisa dinikmati 360 derajat,” jelasnya.

Di sisi lain, virtual reality juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan wisata berbasis video. Kekurangan pariwisata berbasis video terletak pada penikmat yang tidak dapat merasakan kesan interaktif. Berbeda dengan virtual reality, di mana masyarakat bisa mendapatkan kesan ‘berjalan-jalan secara langsung’ di tempat wisata sejarah.

Penulis: Yulia Rohmawati