Universitas Airlangga Official Website

UNAIR Dorong Kolaborasi Mahasiswa dalam Wujudkan SDGs

UNAIR NEWS – Sustainable Development Goals (SDGs) hanya dapat terwujud jika terjalin kolaborasi dan kemitraan. Hal tersebut disampaikan oleh Ahmad Safril Mubah S IP M Hub Int Ph D sebagai narasumber dalam kegiatan Amora Airlangga Movement for SDGs Awareness. Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara Airlangga SDGs School dan SDGs Ambassador 2025. Kegiatan yang dilaksanakan oleh SDGs Center UNAIR tersebut dilaksanakan pada Rabu (14/5/2025) di Ruang Bayu Kinara, Airlangga Convention Center UNAIR

Ahmad Safril Mubah S IP M Hub Int Ph D, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menuturkan bahwa tanpa kolaborasi dan kemitraan, masalah yang ada akan sulit terselesaikan. “Dengan kolaborasi lintas sektoral, kita akan dapat menyelesaikan berbagai masalah,” tuturnya. Hal itu karena masalah yang ada seringkali bukan masalah tunggal tetapi masalah yang berkaitan dengan masalah lainnya. 

Ia juga mengatakan bahwa kolaborasi dan kemitraan adalah dua hal yang berbeda. Kemitraan adalah suatu kolaborasi yang disepakati bersama secara tertulis dan ditandatangani. Menurutnya, semua pihak bisa melakukan kolaborasi tetapi kemitraan memerlukan perjanjian dan harus ada peraturan yang mengikat. “Sementara kolaborasi tanpa perjanjian sudah bisa kita jalankan,” jelasnya.

Safril mengemukakan bahwa SDGs Center UNAIR merupakan salah satu wujud kolaborasi dan kemitraan Universitas Airlangga bersama Bappenas. Ia menjelaskan bahwa UNAIR merasa perlu berkontribusi untuk mewujudkan tujuan pembangunan dalam SDGs yang ditargetkan tercapai hingga tahun 2030. Safril mengatakan bahwa UNAIR dan Bappenas percaya bahwa TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan), sebutan lain SDGs, hanya dapat dicapai jika terjalin kolaborasi dan kemitraan.

“Kita memiliki kesepahaman yang sama bahwa TPB hanya bisa dicapai jika ada kolaborasi dan kemitraan,” tegasnya.

Ia menyatakan bahwa untuk mendukung tercapainya SDGs, UNAIR melalui SDGs Center juga membentuk kolaborasi dan kemitraan bersama mahasiswa untuk menyelenggarakan berbagai program. Menurutnya, program SDGs Center tidak mungkin dapat terlaksana tanpa kolaborasi antara dosen dan mahasiswa. 

“Ada skill yang saya miliki tapi tidak kalian miliki, sedangkan ada skill yang kalian miliki tapi tidak saya miliki. Mari kita gabungkan untuk kemajuan bersama,” tuturnya.

Tidak hanya itu, Safril juga menyebutkan bahwa UNAIR telah menjalin kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pihak seperti universitas dalam negeri maupun luar negeri, pemerintah daerah, hingga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Ia berharap dapat memperluas kolaborasi dan kemitraan dengan pihak yang lain. 

“Ke depan kita akan bergerak dan berkolaborasi dengan pihak yang lain,” ucapnya.

Safril mengajak mahasiswa untuk berkolaborasi dan bermitra dalam mewujudkan SDGs. Menurutnya, mahasiswa dapat ikut aktif menyuarakan isu-isu SDGs melalui forum, seminar, dan diskusi. Suara mahasiswa diharapkan dapat mendorong dan mendukung perubahan kebijakan yang mendukung terwujudnya SDGs. 

“Yuk kita kolaborasi, suarakan isu-isu tentang SDGs dan berbagai aksi yang kami jalankan,” ajaknya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mahasiswa juga dapat turun langsung ke masyarakat melalui program volunteer, pengabdian, atau aksi sosial. Menurutnya, kolaborasi itu penting karena masyarakat juga terdiri dari komunitas-komunitas. Safril menyebut jika mahasiswa dapat berkolaborasi dengan komunitas yang ada di masyarakat untuk memberdayakan masyarakat. 

“Kalian turun lapangan pasti ada kolaborasinya, tidak mungkin kalian kesana sendirian,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga menyebutkan bahwa kontribusi mahasiswa dapat terwujud melalui keikutsertaan dalam organisasi lokal, nasional, maupun komunitas global yang peduli dengan isu-isu SDGs. Dengan bergabung organisasi, mahasiswa akan dapat berkontribusi aktif dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional. 

“Gunakan masa mahasiswa kalian untuk berkolaborasi,” tegasnya.

Dalam sesi interaktif, mahasiswa diajak mempraktikkan bagaimana meyakinkan pihak lain untuk berkolaborasi. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang mana masing-masing kelompok harus berdiskusi untuk meyakinkan kelompok investor agar mau berkolaborasi dalam program mereka. Melalui sesi interaktif tersebut, diharapkan mahasiswa memperoleh kemampuan praktis untuk berkolaborasi dan bermitra.

Peserta menyatakan bahwa sesi interaktif tersebut dapat melatih mahasiswa untuk menyampaikan ide-ide mereka, tidak sekadar menulis ide di atas kertas. Melalui praktik tersebut, mahasiswa juga dapat lebih memahami pentingnya berkolaborasi dan bermitra dengan pihak lain. 

“Melalui praktik ini kita bisa belajar bagaimana mengajak pihak lain untuk berkolaborasi sehingga tujuan kita bisa tercapai,” ujar salah satu peserta.

Penulis: Septy Dwi Bahari Putri

Editor: Khefti Al Mawalia