UNAIR NEWS – Al Quran merupakan mukjizat Allah SWT berupa wahyu yang diturunkan secara berkala kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Menurut Sirah Nabawiyah, wahyu pertama yang diturunkan adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5. Jika mengacu pada kalender Hijriyah, turunnya ayat tersebut bertepatan dengan malam 17 Ramadan. Sehingga tiap tahunnya, malam itu dimuliakan dan diperingati oleh seluruh muslim di dunia sebagai malam nuzulul quran atau malam turunnya Al Quran.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Universitas Airlangga menggelar Gebyar Malam Nuzulul Quran yang tahun ini bersamaan dengan Penutupan Seleksi MTQM UNAIR. Kegiatan tersebut bertempat di Aula Utama Masjid Ulul Azmi, Kampus MERR-C, Universitas Airlangga dan bertepatan langsung dengan malam Nuzulul Quran yang jatuh pada Jumat (7/4/2023).
Gebyar yang mengangkat tema Al Quran sebagai Pedoman Hidup itu mengundang Prof Dr H Said Agil Husin Al-Munawar MA sebagai pembicara. Dalam paparannya, Prof Said banyak menyampaikan tentang luasnya ilmu yang terkandung di dalamnya.
“Kalau dalam kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Quran, setidaknya butuh 47 cabang ilmu untuk memahami Al Quran secara utuh. Itu yang paling sedikit. Di kitab lain bahkan ada yang sampai ratusan,” tutur Prof Said.
Ia menerangkan apabila seseorang ingin mempelajari satu cabang saja, maka tidak cukup umurnya untuk mempelajari cabang tersebut bahkan hingga wafat. “Oleh sebab itu, kalau berbicara tentang Al Quran pasti gak ada habisnya,” tambahnya
Al Quran sebagai Mukjizat
Ketua Dewan Hakim Musabaqah Mahasiswa Nasional itu membahas pula mengenai Al Quran sebagai mukjizat bagi umat manusia. Buktinya, keorisinilan Al Quran terjaga selama lebih dari 1,4 abad dan akan terus terjaga hingga hari kiamat nanti.
“Dalam catatan sejarah, banyak oknum yang berupaya untuk mengubah, menambahkan, bahkan mengurangi ayat dalam Al Quran. Namun tidak satupun yang berhasil. Mengapa demikian? Karena ada para hafizh yang menjaganya,” ucap Prof Said.
Ia menjelaskan bahwa salah satu bentuk mukjizat yang terdapat pada Al Quran terletak pada tata bahasanya yang mana orang mudah menghafal dan memahami secara tekstual. Selain itu, kekompleksan kandungan Al Quran merambah ke seluruh aspek dalam hidup manusia. Hal tersebut membuat Al Quran menjadi sumber dalam menyelesaikan segala persoalan, baik klasik maupun kontemporer.
“Maka kita harus memaknai lebih luas pernyataan Al Quran sebagai pedoman hidup,” tegas Prof Said.
Keistimewaan Penghafal Al Quran
“Al Quran itu mulia, dan memuliakan penghafalnya,” ucap Prof Said.
Begitu banyak keutamaan yang Allah berikan terhadap para penghafal Al Quran, ucap Prof Said. Dalam salah satu hadis, Rasulullah bersabda bahwa setiap membaca satu huruf Al Quran dihitung sebagai sepuluh kebajikan. Bahkan dalam hadis yang lain disebutkan mencapai 700 kebajikan.
Sementara itu, dalam hal duniawi, penghafal Al Quran cenderung memiliki kecerdasan dan IQ yang tinggi, sehingga mudah untuk menyerap ilmu. “Sejauh pengalaman saya, lulusan terbaik di kampus itu rata-rata penghafal Al Quran,” jelasnya.
Selain itu, beberapa keistimewaan penghafal lainnya adalah memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT, Allah SWT menjaga jasadnya hingga wafat, serta dapat memberi mahkota kemuliaan untuk orangtua di akhirat.
Di akhir kegiatan, Prof Badri menegaskan bahwa Allah SWT senantiasa memudahkan hamba-Nya yang menghafal Al Quran. Terlebih, seiring perkembangan zaman, akses terhadap Al Quran relatif mudah serta banyak metode kontemporer agar dapat menghafal Al Quran secara efisien. Oleh karena itu, setiap muslim sudah sepatutnya membaca, menghafal, serta mengamalkannya.
“Kita jadikan Al Quran sesuatu yang mengalir dalam nadi kita, sehingga kita dapat selamat di dunia dan akhirat,” tutup Prof Badri. (*)
Penulis: Yahya Ayash Mujahid
Editor: Binti Q Masruroh