UNAIR NEWS – Psikosis merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi dalam masyarakat global. Dalam rangka pencegahan awal psikosis dalam wilayah Asia Tenggara, Fakutas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Kick-Off Meeting: South-East Asian Early Psychosis Network (SEA-EP). Pertemuan tersebut terlaksana selama dua hari di Fakultas Psikologi UNAIR secara Hybrid.
Pertemuan ini berlangsung pada hari Kamis-jumat (16-17/1/2025). Dengan membahas tentang rancangan riset dan pelayanan pencegahan awal psikosis, kegiatan ini kehadiran perwakilan fakultas psikologi UNAIR serta para praktisi ahli dari berbagai negara.
Hadir dalam acara, Dekan Fakultas Psikologi, Prof Suyanto; Head of Center of Mental Health Research and Innovation Development (MIND), Dr. Tri Kurniati Ambarini. M.Psi., Psikolog; Wakil Dekan III Fakultas Psikologi, Prof Endang Retno Surjaningrum MApp Psych PhD, Psikolog; dan Prof Dr Swaran Singh, selaku Professor of Social and Community Psychiatry Warwick Medical School, University of Warwick, Warwick, United Kingdom.
Kontribusi UNAIR dalam mencegah Psikosis
Psikosis merupakan salah satu mental disorder yang sering terjadi dalam lingkup masyarakat, salah satu gejala utama dari psikosis adalah halusinasi berlebihan. Hal ini yang menjadi sorotan para ahli dari berbagai negara untuk memberikan layanan dalam intervensi dini psikosis.
Menurut Prof Endang, upaya pencegahan psikosis harus lebih menjadi sorotan di negara berkembang. Hal itu karena seringkali pasien psikosis kurang mendapat perawatan tahap awal, sehingga menyebabkan gejala psikosis terlambat terdeteksi.
“Dalam tingkat lanjut, pasien psikosis dapat membahayakan dirinya dan sekitar. Apalagi dalam negara berkembang, gangguan psikosis seringkali mendapatkan stigma negatif bagi masyarakat. Poin tersebutlah yang ingin kami suarakan agar pasien psikosis mendapatkan perawatan dini,” ujarnya.
Misi Utama SEA-EP
Dalam usaha pencegahan dini psikosis, peningkatan kompetensi para ahli menjadi salah satu poin pembahasan. Menurut Prof Endang, biaya perawatan pasien psikosis masih tergolong tinggi. Hal ini terjadi karena Indonesia masih kekurangan ahli yang dapat menangani pasien psikosis serta permintaan perawatan psikosis yang tinggi.
“Kedepannya, kami merancang publikasi serta mengadakan program pelatihan yang akan mendatangkan para ahli dari berbagai negara. Hal ini tentunya untuk menciptakan program intervensi dini psikosis di Indonesia,” ujar prof Endang.
Penulis: Rizky Akbar Raferi
Editor: Edwin Fatahuddin