Universitas Airlangga Official Website

UNAIR Kenalkan Pusat Studi Kematian dalam Kerja Sama Internasional

Pertemuan antara pihak UNAIR, ICRC, UWA, dan IWFAS (Foto: Humas FISIP)
Pertemuan antara pihak UNAIR, ICRC, UWA, dan IWFAS (Foto: Humas FISIP)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan pertemuan penting dengan dua delegasi internasional pada Selasa (3/9/2024). Delegasi tersebut berasal dari International Committee of the Red Cross (ICRC) dan Universitas Western Australia (UWA). Pertemuan pada hari itu membahas dan mengenalkan Museum Etnografi UNAIR serta Pusat Studi Kematian, sebagai pusat studi terbaru di UNAIR.

Tidak tanggung-tanggung, pertemuan yang berlangsung di gedung Rektorat UNAIR ini menghadirkan beberapa tokoh penting. Di antaranya adalah Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development UNAIR Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih; Wakil Kepala Delegasi Regional ICRC, Johan Guillaume; perwakilan UWA Dr Zuzana Obertova; Ketua Pusat Studi Kematian Prof phil Toetik Koesbardiati; dan Vice-chair IWFAS 2024 Rizky Sugianto Putri MSi.

Salah satu pembahasan penting dalam pertemuan ini adalah pengenalan, sekaligus pengembangan Museum Etnografi FISIP UNAIR. Salah satunya dilakukan dengan pendirian Pusat Studi Kematian yang berfokus pada kajian akademis dan riset multidisiplin terkait kematian. Di mana bidang tersebut belum banyak pengembangannya di Indonesia. Hal ini harapannya dapat menjadi landasan penting bagi kolaborasi yang lebih erat antara UNAIR, ICRC, dan UWA dalam bidang Antropologi Forensik.

Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas mengenai rencana peluncuran Jurnal Kematian oleh Museum Etnografi UNAIR. Nantinya, Jurnal Kematian ini harapannya dapat menjadi sarana publikasi akademis yang akan menjadi wadah bagi kajian-kajian ilmiah yang berhubungan dengan studi kematian. UNAIR berharap dapat membuka jalur baru bagi penelitian lintas disiplin yang melibatkan berbagai bidang seperti antropologi, sosiologi, hukum, hingga ilmu forensik.

UNAIR menjadi institusi akademik pertama yang menjalin kemitraan formal dengan ICRC di wilayah Indonesia. Meskipun ini merupakan kerja sama yang masih cenderung baru, UNAIR diharapkan dapat menjadi pionir dalam menjembatani kolaborasi antara ICRC dengan lembaga-lembaga akademik lainnya, termasuk institusi militer seperti TNI.

Untuk memperkuat kolaborasi ini, UNAIR juga akan mengadakan International Workshop & the 1st Forensic Anthropology Symposium (IWFAS) 2024. Acara ini harapannya dapat menjadi wadah bagi para peneliti dan akademisi internasional. Untuk berbagi pengetahuan dan temuan terbaru di bidang Antropologi Forensik.

Kerja sama antara UNAIR, ICRC, dan UWA ini harapannya dapat menjadi tonggak penting dalam kajian kematian di Indonesia. Melalui pengembangan Museum Etnografi sebagai pusat studi kematian dan pengembangan jurnal ilmiah, UNAIR berharap dapat membuka peluang baru dan lebih luas bagi penelitian dan kolaborasi internasional. Khususnya dalam bidang antropologi forensik dan studi kematian, serta memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.

Penulis: Humas FISIP UNAIR