Universitas Airlangga Official Website

UNAIR Payungi Kreativitas dan Inovasi Produk Berkarakter dengan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) 

Saat Pemaparan Oleh Narasumber di Aula Mojopahit, Gedung ASEEC Kampus B, Pada (3/12/2022)

UNAIRNEWS- UNAIR akhir akhir ini gencar mengejar perolehan paten sebanyak banyaknya. Tentu hal itu merupakan kabar baik, lantaran dosen UNAIR sudah lebih sadar bahwa selain publikasi, paten juga penting sebagai hasil luaran civitas akademik UNAIR. Namun, ada yang berbeda. hal itu dijelaskan saat acara Seminar Nasional Vokasi Indonesia 2022 yang bertema: “Peran Paten Dalam Kemandirian Teknologi Di Era Revolusi Industri 5.0” di Aula Mojopahit, Gedung ASEEC UNAIR pada (3/12/2022). 

Dekan Fakultas Vokasi Prof. Dr. Anwar Ma’rif, drh., M.Kes menjelaskan bahwa yang hasil skripsi yang digarap oleh mahasiswa harus jauh dari yang biasa-biasa. Hal itu juga sekaligus mengingatkan kepada dosen apabila memiliki ide yang dapat dipatenkan, sebaiknya dimanifestasikan kepada mahasiswa agar mahasiswa merealisasikan itu.  

Prof. Anwar berharap Fakultas Vokasi bisa menghasilkan jumlah paten terbanyak di UNAIR.  

“Kita berharap nanti, belum menjadi dosen vokasi kalau belum mempunyai paten. Jadi paten ini bener bener menjadi suatu kebutuhan.” Ujarnya. 

Selain dekan, Seminar Nasional turut mengundang Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih.,M.Si (Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Masyarakat UNAIR) serta beberapa narasumber yang memiliki keahlian khusus terkait paten, diantaranya: Prof. Dr. Mas Rahmah, S.H., M.H. LL.M. (Guru Besar Bidang Hukum HKI) dan Dr. Purwati, dr., Sp.PD, K-PTI, FINASIM (Ketua Stem Cell Research and Development Center UNAIR). 

Dalam sambutannya, Wakil Rektor Prof. Nyoman terlihat sangat antusiasi dengan hadirnya acara itu karena bisa mengajarkan paten ke seluruh dosen dan mahasiswa. Beliau menuturkan, vokasi adalah tempat yang pas untuk mengejar perolehan paten karena Fakultas Vokasi mengajarkan bidang keahlian khusus sekitar 60%-70% daripada keilmuannya.  

“Jadi tidak lagi hanya sekadar output, bahwasannya sekarang ini output itu hanya bagian dari kelanjutan menjadi outcome dan impact. Jadi paten adalah bagian dari salah satu impact, impact dari output yang dihasilkan daripada riset maupun ide dan inovasi.” Jelasnya.  

Prof. Nyoman menjelaskan proses design thinking yang akan dilalui dosen maupun mahasiswa. Ketika mereka mendapat ide, maka  harus dikonversi menjadi sebuah program dan berlanjut menghasilkan hasil yang bermanfaat. Paling penting dari proses tersebut adalah transfer.Transfer yang berakhir memberikan impact baik pengetahuan, kemampuan atau hasil yang nantinya dapat dipatenkan sehingga orang lain tidak memiliki hak untuk melakukannya.  

Inilah yang menjadi wadah eksklusif ketika dosen maupun mahasiswa memiliki kesadaran untuk mematenkan karyanya. Karena jika tidak, maka seluruh perjalanan program yang dilakukan akan sia sia ketika orang lain dengan mudah melakukan copy paste. 

Penulis: Sintya Alfafa 

Editor: Feri Fenoria