Universitas Airlangga Official Website

UNAIR Undang KH Ahmad Bahas Urgensi Ampunan di Akhir Ramadan

KH Ahmad Muzakki SThI Al-Hafidz saat menyampaikan materi seputar “Meraih Ampunan di Akhir Ramadhan” pada Kamis (13/4/2023) di Ruang Garuda Mukti, Lantai 5, Kampus MERR-C, Universitas Airlangga. (Sumber: UNAIR)

UNAIR NEWS – Dalam rangka memaksimalkan 10 hari terakhir bulan Ramadan, Universitas Airlangga kembali menggelar Tausiyah Ramadan dengan tema Meraih Ampunan di Akhir Ramadan. Dalam pelaksanaannya, KH Ahmad Muzakki SThl Al-Hafidz hadir sebagai pemateri. Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang Garuda Mukti, Lantai 5, Kampus MERR-C, Universitas Airlangga pada Kamis (13/4/2023). 

Di awal tausiyah, KH Ahmad menerangkan bahwa jika berbicara tentang Ramadan, maka berbicara tentang segala keutamaan yang tersimpan di dalamnya. Adapun keutamaan yang terbaik adalah ampunan dari Allah SWT.

Maqam atau rahmat tertinggi Allah kepada umat-Nya adalah ampunan. Karena pada dasarnya, manusia beribadah agar Allah mengampuni dosanya. Bahkan, balasan pertama puasa di bulan Ramadan adalah ampunan,” tutur KH Ahmad.

Ia menambahkan, ampunan menjadi salah satu indikator sukses dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadan. Karena hakikatnya, ampunan menjadi syarat fundamental Allah menerima ibadah seorang muslim. Selain itu, orang yang tidak diampuni selama bulan Ramadan, maka tidak diampuni pada bulan-bulan setelahnya.

“Pada salah satu hadis tertulis, barangsiapa tidak terampuni dosanya di bulan Ramadan, maka ia adalah orang paling merugi,” ucap KH Ahmad.

Adab Berdoa 

KH Ahmad juga membahas terkait adab dalam berdoa. Ia menganalogikan, adab berdoa yang baik ibarat menguras air pada bak mandi yang kotor. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan kerak pada dinding bak mandi, untuk kemudian dikuras dan diisi kembali dengan air bersih.

Seorang muslim hendaknya memohon ampun kepada Allah untuk membersihkan dosa ataupun kotoran di hatinya sebelum mengutarakan keinginan yang lain. “Bayangkan jika kerak tersebut tidak dibersihkan dulu, maka air yang diisi berikutnya pasti tetap kotor,” Jelas KH Ahmad.

Selain itu, menurutnya, di luar spiritual, berdoa juga merupakan kegiatan yang logis secara prinsip. Di mana keinginan seseorang yang berdoa harus berbanding lurus dengan perilakunya dan tidak boleh berbanding terbalik.

“Contohnya, kita berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa kita. Namun secara sadar tetap bermaksiat. Atau berdoa pengen jadi kaya, tapi males cari kerja,” ujarnya.

10 hari terakhir Ramadan

Di antara sepuluh malam terakhir Ramadan, terdapat malam lailatul qadar atau malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Ada banyak jenis ibadah yang bisa kita maksimalkan pada akhir sepertiga Ramadan. Namun yang paling utama adalah i’tikaf atau berdiam diri di masjid.

Meski begitu, KH Ahmad menuturkan bahwa beberapa jamaahnya mengeluhkan kondisi mereka yang tidak memungkinkan untuk pergi ke masjid pada waktu tersebut, seperti sakit dan pekerjaan. Menanggapi hal itu, KH menjawab “Masjid itu tempat dimanapun kita niat untuk beribadah. Bahkan dalam Al Quran disampaikan ‘dijadikan bumi itu masjid’. Oleh sebab itu, jangan sampai kita mengecilkan fungsi dan definisi masjid.” Ia menambahkan “Jika kamu sakit, rumah sakit itu masjidmu, maka i’tikaf lah di sana!.”

Adapun amalan yang kualitas dan kuantitasnya harus meningkat ketika i’tikaf di antaranya salat tarawih, salat tahajud, serta tadarus Al Quran. Selain itu, KH Ahmad menegaskan untuk senantiasa memohon ampun kepada Allah SWT agar mendapatkan keutamaan lailatul qadar

“Sesungguhnya orang yang tidak mungkin mendapat lailatul qadar itu ada dua, orang yang masih memiliki kebencian di hatinya, dan orang yang belum terampuni dosanya,” tuturnya. (*)

Penulis: Yahya Ayash Mujahid

Editor: Binti Q Masruroh