Universitas Airlangga Official Website

Upaya Digitalisasi Jadi Fokus PKL Folklor Departemen BASASINDO

Dr Abimardha Kurniawan SHum MA melakukan dokumentasi dengan scanning pada naskah Serat Ambiya (Foto: Istimewa)
Dr Abimardha Kurniawan SHum MA melakukan dokumentasi dengan scanning pada naskah Serat Ambiya (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia (BASASINDO) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Praktik Kuliah Lapangan (PKL) folklor. PKL tersebut turut menghadirkan Dosen Filologi FIB Dr Abimardha Kurniawan SHum MA. Kegiatan yang berlangsung di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar tersebut mengangkat tema “Menyambung Generasi”.

Pada kegiatan yang berlangsung Jumat (24/5/2024), Abimardha membuka paparan dengan menjelaskan mengenai asal-usul Serat Ambiya yang menjadi objek digitalisasi PKL tersebut. Serat Ambiya, kata Abimardha, merupakan gubahan dari kisah para nabi dalam bahasa Melayu. 

“Kisah para Anbiya dalam bahasa Melayu merupakan terjemahan dari teks bahasa Arab. Dari Ibnu Katsir kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan kemudian ke Jawa. Jadi, ada kesinambungan dengan kitab dari Ibnu Katsir yang pernah saya baca itu,” tuturnya. 

Abimardha mengungkapkan sasaran objek yang akan digitalisasi di Desa Kemloko tersebut, yaitu bacaan tembang Macapat dan juga naskahnya. “Karena saya tahu dari PKL tahun kemarin, ternyata Pak Yus (warga, Red) menunjukkan ada naskah yang bertuliskan pegon itu. Saya tertarik dan review dulu,” ujarnya. 

Warga dan mahasiswa SASINDO melakukan proses dokumentasi dan pembacaan macapat Serat Ambiya (Foto: Istimewa)
Warga dan mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia melakukan proses dokumentasi terhadap tradisi lisan pembacaan macapat Serat Ambiya (Foto: Istimewa)

Ia juga menjelaskan bahwa upaya digitalisasi pada PKL tahun ini merupakan lanjutan dari tradisi sebelumnya di desa yang sama. Upaya digitalisasi ini bertujuan untuk melestarikan tradisi tersebut. “Dalam macapatan Serat Ambiya ada yang berupa lisan dan berupa naskah. Kebetulan naskahnya dalam kondisi tua dan memprihatinkan sehingga butuh perawatan. Akhirnya terdorong untuk digitalisasi untuk pelestarian,” jelasnya. 

Selanjutnya, Abimardha menegaskan komitmennya untuk terus melanjutkan kegiatan folklor. Ia menyebutkan bahwa folklor sangat melimpah dan ada di mana-mana. “Salah satu ciri folklor itukan ditransmisikan atau disalurkan secara lisan. Kalau bahasa tulis sudah ditulis, sampai besok juga masih ada. Kalau bahasa lisan disampaikan sekarang, besok bisa lupa. Maka, perlu pendokumentasian,” tegasnya. 

Senada dengan pernyataan sebelumnya, Abimardha juga menerangkan bahwa kegiatan PKL semacam ini memberikan banyak pelajaran khususnya bagi para mahasiswa. “PKL ini istilahnya kita belajar di luar kampus dan kita bersinggungan langsung dengan masyarakat sebagai subjek penelitian kita. Jadi tentu itu akan menjadi sebuah pelajaran tentang bagaimana kita berinteraksi dengan masyarakat,” tutupnya. 

Penulis: Mohammad Adif Albarado

Editor: Yulia Rohmawati