Universitas Airlangga Official Website

Upaya Konservasi Tumbuhan Melalui Temuan Senyawa Fenolik dan Hilirisasi Produk Nano Herbal

Prof Dr Dra Nanik Siti Aminah MSi resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar pada bidang Ilmu Kimia Organik Bahan Alam Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (08/06/2022).

UNAIR NEWS – Prof Dr Dra Nanik Siti Aminah MSi resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar pada bidang Ilmu Kimia Organik Bahan Alam Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (08/06/2022). Dalam pengukuhan tersebut ia menyampaikan orasi berjudul Konservasi dan Tahapan Hilirisasi Produk Sumber Daya Hayati Tropis Berbasis Senyawa Fenolik.

Prof Nanik menjelaskan bahwa tumbuhan memiliki keistimewaan dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu, senyawa metabolit sekunder juga menjadi penciri atau marker tumbuhan.

“Kelompok senyawa fenolik dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antimutagenik,” jelas dosen Departemen Kimia FST UNAIR tersebut.

Tumbuhan dapat menghasilkan 20 macam senyawa metabolit sekunder. Menurut data LIPI tahun 2017, Indonesia sebagai negara megabiodiversity kedua di dunia memiliki keanekaragaman tumbuhan sebanyak 28.965 jenis. Tingginya jumlah keanekaragaman tumbuhan tersebut dapat menghasilkan senyawa fenolik sekunder mencapai 579.300 macam. 

“Suatu jumlah yang fantastis, maka riset untuk mengungkap keberadaan senyawa metabolit sekunder di tumbuhan penting dilakukan,” ujar Prof Nanik pada gelaran yang bertempat di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR.

Pengungkapan senyawa fenolik dari tumbuh-tumbuhan bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait struktur molekul dan aktivitas biologi senyawa pada masing-masing spesies tumbuhan target, “Data yang diperoleh dapat menjadi salah satu dasar yang kuat untuk meningkatkan upaya konservasi sumberdaya alam di Indonesia,” jelasnya.

Selama 20 tahun terakhir, Prof Nanik bersama kelompok risetnya telah melakukan pemetaan senyawa fenolik dari tumbuhan berkayu, umbi-umbian, tanaman herbal Indonesia, serta tanaman herbal dari Myanmar.

“43 senyawa fenolik telah berhasil diisolasi, ditentukan struktur molekul, dan diuji aktivitasnya. Isolat murni yang diperoleh ini menunjukkan aktivitas antioksidan, antidiabetik, antikanker, dan anti malaria,” ungkap alumnus Sarjana Kimia UNAIR tahun 1990 itu.

Upaya Hilirisasi

Dalam orasi ilmiah itu, Prof Nanik mengungkap hasil riset mendasar perlu dilakukan hilirisasi agar tidak hanya menghasilkan publikasi jurnal saja, tetapi dapat langsung diaplikasikan kepada masyarakat. Hilirisasi riset telah diawali Prof Nanik dengan tumbuhan gambir dengan nama latin Uncaria gambir.

“Serbuk gambir mengandung senyawa fenolik golongan flavonoid dengan nama katecin. Produksi katecin murni dari gambir dengan teknologi skala laboratorium telah berhasil didapatkan pada 2017,” jelasnya.

Upaya lain hilirisasi gambir adalah dengan mengubah ekstrak etil asetat serbuk gambir ke dalam bentuk nano melalui proses nanoenkapsulasi. “Proses nanoenkapsulasi ini digunakan untuk mengatasi kendala produk herbal yang memiliki aktivitas biologis yang poten secara in vitro, jika ternyata kurang poten ketika dilanjutkan ke uji in vivo,” papar guru besar kelahiran Tulungagung tersebut.

“Bersamaan dengan penyelesaian target riset tersebut, kelompok riset kami juga melakukan berbagai percobaan untuk mengembangkan berbagai material herbal dengan nanoteknologi yang berpotensi dikembangkan menjadi produk fitokosmetik,” lanjutnya.

Material nano herbal dilengkapi dengan NDDS telah memudahkan komponen bioaktif herbal untuk meresap dan sampai pada situs yang ditargetkan, sehingga dapat meningkatkan bioaktivitas dari komponen herbal tersebut.

Produk fitokosmetik yang akan dikembangkan adalah fitokosmetik yang lebih fokus pada produk perawatan kulit. “Kami berharap hasil yang diperoleh segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” tutur Prof Nanik. (*)

Penulis : Thara Bening

Editor : Binti Q. Masruroh