UNAIR NEWS – Ustaz Aditya Abdurrahman sekaligus founder Better Youth Foundation menyampaikan bahwa amalan hati jauh lebih baik daripada amalan yang nampak secara fisik. Hal itu ia sampaikan dalam kajian yang digagas oleh remaja masjid Ulul Azmi Universitas Airlangga (UNAIR) Rabu (20/4/2022).
Kajian itu membahas mengenai bersih-bersih hati di bulan Ramadan. Di awal, ustaz Aditya memaparkan mengenai pentingnya membersihkan hati di bulan Ramadan bagi kaum muslim.
Perbedaan Bobot Pahala
Dalam kesempatan itu ustaz Aditya menyinggung soal amalan hati yang lebih diutamakan dari pada amalan yang nampak dari segi fisik. Menurutnya, dalam agama Islam amalan-aman yang berasal dari hati lebih didahulukan sebelum amalan dhahir atau fisik.
“Amalan hati yang membedakan bobot amal kita diberi Allah pahala sedikit atau banyak. Di dalam hadis disebutkan jika orang beramal saleh, pahalanya dilipat gandakan 10 sampai dengan 700 kali,” ujar ustaz Aditya dalam ceramahnya.
Perbedaan pemberian pahala oleh Allah SWT atas amalan yang dilakukan oleh hambanya ternyata juga bergantung dengan keikhlasan hati seseorang. Namun, yang pasti seseorang dapat dikatakan ikhlas atau tidak hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Selain itu ada amalan hati yang dikategorikan rusak. Hal itu turut berdampak pada amalan fisik yang akan ditolak oleh Allah SWT.
“Orang-orang munafik itu meskipun ia salat, meskipun membaca Al-Quran, meskipun ia berzikir, tapi dia hatinya kufur, dianggap sudah tidak beriman. Sehingga apa yang dia lakukan tidak memiliki nilai apapun dihadapan Allah SWT,” tuturnya kepada jamaah kajian.
Menyembuhkan Penyakit Hati
Ustaz Aditya turut membagikan resep bagi kaum muslimin untuk dapat membersihkan hati sesuai anjuran Islam. Pertama, mengistirahatkan hati. Dilakukan dengan mempertemukan hati kita dengan ilmu dan majelisnya, mendatangi Al-Quran, berzikir, dan mengingat kematian.
Kedua, meninggalkan pantangan hati secara fisik. Hal ini contohnya meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan yang pernah dilakukan.
Ketiga, penyakit hati sejatinya memiliki penyembuh. Obat hati dilakukan dengan cara bertaubat dan beristighfar. Mulailah dengan muhasabah, lalu melakukan koreksi atas diri sendiri setiap waktu. Kemudian, berilah waktu diri sendiri untuk merenungi dosa-dosa yang telah dilakukan, lalu bertaubat dan beristighfar atas setiap kesalahan dan segala kekhilafan yang pernah terjadi. (*)
Penulis: Septiana Wulandari
Editor: Binti Q. Masruroh