UNAIR NEWS – Menikah dalam Islam dipandang sebagai salah satu ibadah yang dapat menyempurnakan separuh agama. Namun, perlu diketahui bahwa dalam ikatan pernikah tidak selamanya indah. Nah, dalam kesempatan ini Departemen Syiar dan Kemakmuran Masjid Unit Kegiatan Mahasiswa (SKM UMKI) Univeristas Airlangga (UNAIR) mengadakan Kajian Selasa Pranikah bersama ustaz Koh Dennis Lim AMd pada (12/7/2022).
Kegiatan mengusung tema Apakah Menikah Senikmat Yang Dibayangkan? itu diikuti oleh peserta umum dari berbagai kalangan, khususnya sivitas akademika UNAIR. Ustaz Koh Dennis mengupas tuntas bahwa dalam penikahan tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi soal mengurus dan mendidik anak.
Ustaz Koh Dennis mengatakan bahwa didikan generasi bangsa sejatinya berada di tangan keluarga sebagai agen pembentuk. Apalagi anak yang berusia 0-7 tahun yang pada masa ini dalam tahapan meniru segala hal yang dilakukan orang tua dalam keluarga.
Pendidikan dalam keluarga, menurut ustaz Koh Dennis, merupakan suatu hal yang krusial. Menurutnya, menikah tidak asal dilakukan, namun haru dengan penuh kesiapan.
“Yang paling penting dalam pernikahan yakni visi dan misi yang disamakan terlebih dahulu. Tujuan pernikahan yang disamakan. Maka apa jadinya jika menikah karena adanya alasan lain seperti tekanan sosial, tidak bisa menahan syahwat atau alasan lainnya yang tidak jelas,” ujarnya kepada jamaah.
Lebih jauh menurut ustaz Koh Dennis, alasan menikah yang kurang benar dan tidak memiliki kesiapan akan turut berpengaruh terhadap cara didik anak. “Jika dari orang tua tidak ada teladan yang baik, ilmu yang baik dan cara mendidik anak yang baik, maka seperti apa nanti kedepannya?” tuturnya.
Ketikdaksiapan orang tua atau pengetahuan pernikahan yang belum cukup, menurut ustaz Koh Dennis akan menjadikan petaka dalam rumah tangga, terutama terkait dengan tindakan kepada anak.
“Maka dari itu adanya ketidakpahaman dalam suatu pernikahan terkait dengan apa yang Allah inginkan dari pernikahan dan juga tidak ada bekal dengan apa yang disampaikan dan apa yang diajarkan. Maka tahu-tahu anak akan melakukan tindakan yang dinilai kurang baik, seperti menghamili anak orang, mengonsumsi narkoba, mencuri, dan lainnya,” katanya. (*)
Penulis: Septiana Wulandari
Editor: Binti Q. Masruroh