UNAIR NEWS – Kelompok Kuliah Kerja Nyata Bersama Komunitas (KKN-BBK) Universitas Airlangga (UNAIR) di Desa Kemiren turut mencari solusi mengatasi limbah sampah. Mereka melakukan upaya edukasi dan aksi pembuatan ecobrick bersama masyarakat.
KKN-BBK merupakan salah satu kegiatan wajib bagi mahasiswa perguruan tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat. UNAIR sangat mendukung mahasiswanya untuk mampu berkontribusi bagi masyarakat dan memberikan berbagai gagasannya.
Kelompok KKN BBK Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi sangat antusias melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat. Mereka adalah Elsa Hertria Putri (FTMM), Meryna Annisa (FEB), Tio Zulfa Azimata Rusdi (FEB), Salsabilla Auliya Iffaa Khalishah (FEB), Moch Ilyas Saktiono Putra (FST), Windya Avianti (FIB), Elsa Widia Anggraini (FKp), Afaf Heny Sintya Devy (FIKKIA), dan Siti Nur Fadhila (FIKKIA).
Keresahan Akibat Sampah
Elsa bersama kelompoknya mengusung program kerja berupa sosialisasi dan demo pembuatan ecobrick. Kegiatan tersebut berlangsung pada Senin (22/1/2024), bertempat di SDN 1 Kemiren.
“Lokasi KKN kami, Desa Kemiren, memiliki upaya menjadi desa wisata berkelanjutan. Salah satu fokus utamanya adalah pengembangan desa wisata. Namun, di sisi lain, isu pengolahan limbah dan sampah menjadi permasalahan serius yang belum teratasi,” terang Elsa.
Selama ini, sampah yang terdapat di Desa Kemiren hanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tanpa adanya pengolahan atau tindak lanjut. Hal tersebut menjadi landasan munculnya inisiatif Kelompok KKN BBK Desa Kemiren untuk memanfaatkan sampah menjadi ecobrick.
Solusi Inovatif
Ecobrick merupakan suatu inovasi visioner sebagai solusi penanganan limbah plastik. Pembuatannya cukup sederhana, yakni dengan memanfaatkan botol plastik bekas yang kemudian diisi padat dengan sampah plastik.
“Sebelum melakukan demo pembuatan ecobrick, kami melakukan sosialisasi untuk mengenalkan jenis-jenis sampah organik dan anorganik. Sekaligus memberikan edukasi terkait pentingnya pengelolaan limbah sampah,” ucap mahasiswa FTMM tersebut.
Bahan pembuatan ecobrick adalah botol air mineral bekas berukuran 1,5 liter. Nantinya, botol tersebut berisi dengan berbagai sampah yang dapat masuk ke botol hingga menjadi padat.
“Kami telah membuat delapan buah ecobrick sebagai contoh dan menyiapkan sampah plastik yang telah dipotong hingga berukuran kecil. Kemudian, memasukkan sampah tersebut ke dalam botol hingga padat dengan memberikan tekanan menggunakan tongkat. Setelah padat, seluruh ecobrick direkatkan menggunakan selotip dan kami bentuk menjadi bangku kecil yang kokoh,” jelas Elsa.
Melalui program kerja tersebut, Elsa berharap seluruh peserta sadar akan pentingnya pengelolaan sampah plastik dan mampu meningkatkan kreativitas melalui limbah sampah. Dengan demikian, permasalahan terkait sampah dapat mereda.
Penulis: Maissy Ar Maghfiroh
Editor: Feri Fenoria
Baca juga:
Optimalkan Kesehatan Masyarakat, Mahasiswa UNAIR Maksimalkan Program TBC Saat KKN
Lewat Fabel, Mahasiswa KKN-BBK 3 UNAIR Tingkatkan Literasi dengan Semangat Konservasi Satwa