Universitas Airlangga Official Website

Variasi Suhu Permukaan Tanah Indonesia Tahun 2001–2020

IL by Lapak GIS

Suhu permukaan tanah merupakan salah satu indikator penting dari perubahan iklim. Identifikasi suhu permukaan tanah dapat menjadi dasar mengukur suhu di suatu daerah. Sebuah studi di Tangerang Selatan, wilayah dengan pertumbuhan penduduk tertinggi di Provinsi Banten, Indonesia, menunjukkan bahwa suhu permukaan tanah meningkat 0,4–0,7 °C per tahun, terutama karena pertumbuhan perumahan dan penurunan kerapatan vegetasi. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara berdasarkan wilayah, suhu permukaan tanah Indonesia akan mempengaruhi negara tetangga dan negara lain di Asia, Australia, beserta zona maritimnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia telah memperkirakan bahwa suhu udara Indonesia akan meningkat dari 0,2 menjadi 0,3 °C dari tahun 2020 hingga 2030 karena pemanasan global. Peningkatan suhu permukaan tanah di Indonesia mungkin terkait dengan transformasi penggunaan lahan/tutupan lahan dari pertanian menjadi pertambangan dan konstruksi perumahan untuk mengakomodasi kebutuhan manusia. Penelitian variaso suhu berdasarkan data satelit dengan skala besar penting untuk mempertahankan integritas lingkungan di masa depan. Studi ini bertujuan untuk menganalisis pola dan variasi suhu permukaan tanah harian-musiman dari tahun 2001 hingga 2020 di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dasar untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah.

Kajian ini membagi kepulauan Indonesia menjadi lima pulau utama dan 21 super-region, dengan setiap super-region terdiri dari sembilan sub-region (189 sub-region). Jumlah superregion bergantung pada bentuk pulau. Data suhu permukaan tanah diperoleh dari NASA MODIS dan VIIRS Land Products Global Subsetting and Visualization Tool mulai Januari 2001 dan berakhir pada Januari 2020 (Oak Ridge National Laboratory Distributed Active Archive Center). Pemisahan antar sub-wilayah diperlukan untuk mengurangi korelasi spasial. Sampel atau sub-region tidak ditempatkan di wilayah perairan karena Satelit Tera NASA MODIS hanya memiliki data suhu permukaan tanah di darat.

Pulau Sumatera mengalami peningkatan suhu permukaan tanah per dekade. Aceh memiliki suhu permukaan tanah stabil, Sumatra utara mengalami penurunan, Riau dan Sumtra barat serta Jambi meningkat, dan Sumatra selatan mengalami sedikit penurunan suhu permukaan tanah. Super-region Jawa dan Bali memiliki suhu permukaan tanah yang sedikit meningkat di Jawa Barat dan menurun di Jawa Timur dan Bali. Pulau Kalimantan mengalami peningkatan suhu permukaan tanah di Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Barat-Tengah, dan Kalimantan Tengah. Stabil di Kalimantan Timur (wilayah yang direncanakan untuk ibu kota baru Indonesia) dan sedikit menurun di Kalimantan Selatan. Pulau Sulawesi mengalami penurunan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, dan sedikit penurunan di Sulawesi Tengah. Pulau Papua mengalami sedikit penurunan di Sorong, Manokwari, Fak-fak, dan Jayawijaya. Penurunan terjadi di Yapen Waropen, Mimika dan Puncak Jaya, dengan suhu permukaan tanah stabil di wilayah Jayapura dan sedikit peningkatan di Merauke.

Rata-rata suhu permukaan tanah Indonesia memiliki tren stabil dengan peningkatan LST sebesar 0,009 °C (95% CI −0,041, 0,059 °C) per dekade, setara dengan peningkatan 1 °C per abad. Persoalan ini akan semakin parah jika semua pihak tidak menjaga lingkungan hidup, seperti penanaman kembali kawasan hutan yang rusak. Program dan tindakan yang meminimalkan efek rumah kaca harus ditekankan. Untuk penelitian lebih lanjut, variasi suhu permukaan tanah perlu dinilai pada pulau besar seperti benua. Penambahan lebih banyak variabel seperti NDVI dan LU/LC juga akan sangat membantu.

Reference:

Munawar, M., Prasetya, T. A. E., McNeil, R., Jani, R., & Buya, S. (2023). Spatio and Temporal Analysis of Indonesia Land Surface Temperature Variation During 2001–2020. Journal of the Indian Society of Remote Sensing. https://doi.org/10.1007/s12524-023-01713-0