UNAIR NEWS – Wacana jabatan presiden 3 periode menjadi topik hangat yang diperbincangkan saat ini. Pasalnya, hal tersebut menjadi polemik setelah disampaikan secara langsung oleh ketua DPP ketika acara APDESI di Senayan, Jakarta. Bersamaan dengan hal tersebut, BEM KM SIKIA Banyuwangi UNAIR turut menyoroti perihal wacana itu dengan mengadakan Kajian Insidental secara hybrid pada Senin (11/4/2022).
Presiden BEM KM SIKIA periode 2019-2022, Yayang Amru Mahendra selaku presiden BEM KM periode 2021/2022 menyampaikan bahwa wacana tersebut merupakan pembahasan yang konyol jika benar-benar terjadi di Indonesia. Pasalnya, hal itu sudah jelas termuat dalam konstitusi dengan aturan maksimal dua periode untuk penjabatan seorang presiden.
“Isu ini sudah sangat jelas arahnya akan kemana, lucu sekali jika masih digembar-gemborkan dengan narasi semacam itu,” ujarnya.
Namun, hal tersebut akan menjadi inkonstitusional apabila seluruh partai politik akhirnya menyetujui dengan mengamandemen peraturan yang ada. Memang kemungkinan penggantian bisa saja terjadi jika pedoman bangsa (konstitusi) di rubah, namun tidak segampang yang diperkirakan.
“Bisa saja tiga periode ini terlaksana, namun harus melewati segala proses yang ada. Bagaimana? Ya dengan perubahan konstitusi. Sedangkan konstitusi sendiri cukup sulit proses perubahannya,” ungkapnya.
Dan lagi, Yayang menambahkan, sesuai dengan polemik yang terjadi, jelas sekali narasi ini muncul karena adanya isu pandemi yang akan berlanjut sampai 2023. Sebagian dari masyarakat berpikir bahwa uang yang dijadikan dana untuk pemilu bisa dialokasikan ke korban pandemi Covid-19.
“Seharusnya, hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk perubahan konstitusi Indonesia. Lantas bagaimana caranya? Yaa inilah yang menjadi PR pemerintah untuk masyarakat kedepannya, tentang bagaimana cara agar keduanya dapat terlaksana dengan adil sentosa,” tegasnya.
Sementara itu, Safanisa Alifia selaku Wasekjen Kementerian Sosial Politik BEM KM SIKIA yang sekaligus menjadi moderator dalam acara tersebut, mengungkapkan bahwa acara ini diselenggarakan dalam rangka April Mop. Dimana didalamnya terdapat pembahasan lelucon dari pemerintah yang sudah mendarah daging menjadi sebuah isu yang dijadikan keseriusan oleh masyarakat serta oknum-oknum tertentu.
“Setidaknya dalam kegiatan ini dapat dijadikan wawasan, dan sebagai titik awal pemahaman mengenai isu yang tengah beredar, khususnya di bulan April ini. Harapannya, seluruh mahasiswa SIKIA UNAIR khususnya, dapat memberikan pandangan yang bijak terhadap kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah saat ini,” tandasnya.
Penulis : Azka Fauziya
Editor: Khefti Al Mawalia