Universitas Airlangga Official Website

Waspadai Flu Burung dengan Disiplin Pakai Pelindung Diri

Dr dr Gatot Soegianto Sp PD KAI FINASIM menjelaskan update Virus Flu Burung di Indonesia (Sumber: Youtube Dokter UNAIR TV)
Dr dr Gatot Soegianto Sp PD KAI FINASIM menjelaskan update Virus Flu Burung di Indonesia (Sumber: Youtube Dokter UNAIR TV)

UNAIR NEWS – Belakangan ini, masyarakat mesti mewaspadai Avian Influenza sebagai kasus infeksi virus zoonosis. Temuan kasus di peternakan itik Kalimantan Selatan harus menjadi perhatian serius untuk menekan persebaran kasus ke manusia.

Karena itu, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga menyelenggarakan diskusi dengan topik “Waspada Wabah Flu Burung Ada di Sekitar Kita” pada Jumat (10/3/2023). Yakni, secara langsung pada laman youtube Dokter UNAIR TV.

Sebagai moderator adalah dr Merry Puspita M Ked Klim Sp MK. Selaku narasumber, Dr dr Gatot Soegianto Sp PD KAI FINASIM menyatakan hingga saat ini, belum terdapat laporan terjadinya persebaran kasus flu burung dari manusia ke manusia. Namun, kasus infeksi dari unggas yang sakit ke manusia cukup tinggi.

“Belum ada infeksi dari manusia ke manusia. Baru ketemu dari hewan ke manusia,” tuturnya.

Karena itu, masyarakat harus lebih mawas diri. Terutama jika terdapat gejala yang mengarah pada flu burung pasca-kontak langsung dengan hewan terinfeksi. 

“Segeralah ke rumah sakit. Daripada datang dengan gejala yang sudah cukup berat, bahkan dapat menimbulkan kematian,” ucapnya.

Alat Pelindung Diri (APD)

Tak cukup dengan memerlukan kewaspadaan diri. Mengingat penyebaran virus melalui aerosol dan kontak kotoran hewan yang terinfeksi. Terdapat beberapa alat pelindung diri (APD) untuk menghindar dari infeksi flu burung.

“Yang paling penting adalah menggunakan masker. Karena, lewat aerosol hewan yang sakit dan debu yang terbang di kandang kotoran,” tuturnya.

Selain menggunakan masker, manusia yang kontak langsung dengan hewan suspek juga harus menggunakan sarung tangan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari paparan virus pada bagian tubuh dalam aktivitas konsumsi. Karena, virus juga dapat masuk lewat saluran pencernaan.

“Jika ada unggas yang mati segera menguburkannya dan tidak kontak secara langsung. Gunakan sarung tangan dalam mengangkat hewan suspek,” katanya.

Tidak Ada Vaksin Manusia

Walaupun kasus flu burung pada manusia terus meningkat, belum tersedia vaksin yang untuk membentuk respons imunitas oleh manusia. “Hingga saat ini baru ada vaksin untuk unggas,” katanya.

Dengan keberadaan strain virus baru dengan sifat penyebaraan yang lebih cepat dibanding varian sebelumnya. Untuk menghindari angka kematian yang tinggi pada manusia, cara paling tepat untuk menghindari flu burung adalah dengan meningkatkan kewaspadaan diri. Jadi, tidak berada di dalam lingkaran ancaman infeksi virus.

“Sudah ada hewan yang H5N1 dengan strain baru kemampuan dapat menyebar lebih cepat. Indonesia  pada masa lalu menjadi juara I dalam angka cases fatality rate tertinggi. Jadi, cara menghindari dengan waspada agar diri kita tidak berada dalam ancaman flu burung,” imbaunya.

Penulis: Azhar Burhanuddin 

Editor: Feri Fenoria