UNAIR NEWS – Berdasarkan data tahun 2014, kanker tiroid menduduki peringkat keenam sebagai penyakit dengan jumlah penderita terbanyak di seluruh dunia. Pada wanita, tingkat keganasan penyakit ini meningkat dari 3 persen pada tahun 2004 menjadi 6 persen pada tahun 2014.
Manifestasi dari kanker tiroid dapat berupa benjolan di tiroidnya sendiri, namun dapat pula menyebar dan menyebabkan pembesaran di getah bening. Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebar di tulang pipih pada bagian tengkorak atau bahkan pada bagian tulang belakang.
“Kalau yang masih awal, tiroid itu yang khas ikut bergerak pada saat menelan. Kalau misalkan ngaca begitu ada pembesaran itu sudah terasa. Atau pas minum ada benjolan yang naik turun pada saat menelan karena nempel di tenggorokan,” terang Dwi Hari Susilo dr Sp B (K)-Onk (K)KL pada gelaran Dokter UNAIR TV bertajuk Benjolan pada Leher? Waspada Gejala Kanker Tiroid, Jumat (24/2/2023).
Tiroid sendiri, lanjut dr Dwi, merupakan sebuah organ berbentuk seperti kupu-kupu yang menghasilkan hormon untuk aktivitas organ tubuh kita yang lain. Tiroid di antaranya berfungsi mengatur pembakaran untuk menghasilkan energi, membuat saraf aktif untuk bergerak atau merasakan sesuatu, mengatur gerakan usus, serta mempengaruhi kinerja jantung.
Banyak Faktor
Kanker tiroid dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah genetik yang menyumbang sekitar 10 persen. Faktor lain adalah pola makan goitrogenik yang mengganggu penyerapan yodium. Di samping itu, stres juga menjadi faktor lain munculnya kanker tiroid.
“Kemudian, yang sangat signifikan, tiroid itu karena radiasi ionisasi kayak nuklir sebenarnya. Ini kan ada di mana-mana. Saya perhatikan di beberapa daerah yang tambangnya banyak itu kankernya tinggi. Saya berasumsi bahwa daerah-daerah pertambangan itu penyebab utamanya,” tambah dr Dwi.
Ada Faktor Internal
Faktor internal juga dapat berpengaruh terhadap munculnya kanker tiroid. Salah satunya disebabkan oleh Thyroid-Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan otak bagian depan. Fungsi TSH adalah merangsang tiroid supaya bekerja keras termasuk dalam hal produksi hormon. Namun, TSH ini memiliki fungsi estrogen-like effect sehingga terdapat kemiripan antara kanker yang dipengaruhi oleh estrogen dan yang dipengaruhi oleh TSH.
Pada kesempatan ini, dr Dwi juga mengingatkan agar kita selalu waspada terhadap gejala-gejala kanker tiroid. Pasalnya, tidak sedikit pasien yang mengabaikan gejala penyakit ini sehingga baru diketahui saat kankernya telah menyebar.
“Dan yang penting itu, tiroid pada awalnya tidak menimbulkan sakit. Itu yang membuat kadang tidak merasa sakit, nggak tahu ada benjolan dan dibiarkan karena merasa tidak mengganggu. Tapi tahu-tahu sudah menyebar ke mana-mana,” ujar dr Dwi. (*)
Penulis: Agnes Ikandani
Editor: Binti Q. Masruroh