Universitas Airlangga Official Website

Waspadai Kebiasaan Mendengkur, Salah Satu Gejala Apnea Tidur Obstruktif

Dokter Elfrida Fausthina Lani di tengah paparannya mengenai gangguan apnea tidur obstruktif. (Foto: SS Streaming JawaPos TV)

UNAIR NEWS – Mengupas kasus awam yang dialami oleh masyarakat, yakni mendengkur, JawaPos TV mengadakan siaran langsung konsultasi kesehatan bertajuk, “Mendengkur, Apakah Berbahaya?”. Menghadirkan Elfrida Fausthina Lani, dr, Dokter Klinik Pusat Layanan Kesehatan Universitas Airlangga (PLK UNAIR), sebagai narasumber, siaran langsung tersebut dilangsungkan pada  pada Selasa (10/05/2022) pagi. 

Berkaitan dengan penyebab kebiasaan mendengkur, Dokter Elfrida mengungkap bahwa kebiasaan mendengkur disebabkan oleh menyempitnya saluran napas. Oleh karena itu, mendengkur dibagi menjadi dua, yakni normal, ketika seseorang sangat kelelahan atau menderita penyakit ringan yang apabila lelah maupun penyakitnya sembuh, kebiasaan mendengkur akan hilang juga.

“Bagaimana ngorok itu yang tidak normal? Itu adalah ketika seseorang itu mengorok tapi dia mempunyai kondisi tidur yang cukup, sekitar 6-8 jam, tapi ketika bangun, rasanya masih ngantuk, tidak fresh. Ketika siang, itu masih ngantuk berat,” terang Dokter Elfrida.

Keabnormalan itu, lanjut Dokter Elfrida, kemudian disebut dengan gangguan apnea tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA). “Ketika tidur, dia terbangun beberapa kali karena terhenti napasnya selama kurang lebih 10 detik. Otomatis otak akan merangsang kan untuk kita itu harus bernapas, akhirnya (terbangun dengan, red) kayak terkejut,” paparnya.

Dokter Elfrida menambahkan, bahwa gangguan apnea tidur obstruktif tidak hanya dialami oleh orang-orang berumur karena penyempitan saluran napas tidak memandang usia. “Penyempitannya ini banyak sebabnya, misal seperti karena otot yang melemah ketika tidur atau ada gangguan pada sarafnya,” jelasnya.

Dokter PLK UNAIR itu juga mewanti-wanti masyarakat untuk tidak menyepelekan kebiasaan mengorok yang berkelanjutan karena hal itu tentu memengaruhi kualitas hidup seseorang dan dapat menimbulkan penyakit komplikasi. Sebagai dampak dari menurunnya asupan oksigen ke otak, beber Dokter Elfrida, komplikasi yang dapat terjadi antara lain gangguan stroke, gangguan metabolisme, dan masih banyak lagi.

Guna mencegah gangguan apnea tidur obstruktif, Dokter Elfrida membagikan beberapa tips yang dapat dipraktikkan. “Yang pertama, jaga berat badan agar tidak obesitas. Yang kedua, olahraga. Yang ketiga, hindari merokok, minum-minuman alkohol, makan-makanan juga harus dipilih juga, tidak sembarangan, tidak sering makan makanan yang hanya daging-dagingan saja, diimbangi juga dengan buah dan sayur,” pesannya.

Penulis: Leivina Ariani Sugiharto Putri

Editor : Nuri Hermawan