Universitas Airlangga Official Website

Waspadai Kelainan Irama Jantung pada Pasien Gagal Ginjal Kronis

Ilustrasi oleh Halodoc.com

Dari waktu ke waktu, jumlah pasien yang menderita gagal ginjal kronis di Indonesia semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah masyarakat yang mengantri untuk bisa menjalani proses cuci darah selama rata-rata 2-3 kali dalam satu minggu. Berbagai faktor yang berperan dalam peningkatan jumlah pasien gagal ginjal kronis,  antara lain gaya hidup yang tidak sehat (suka makan-makanan fast food, mengonsumsi air kurang dari 8 gelas/hari) dan istirahat yang kurang. Dengan meningkatnya jumlah pasien gagal ginjal kronis, meningkat pula jumlah kematian yang disebabkan oleh komplikasi dari gagal ginjal tersebut. Memang, biasanya penderita gagal ginjal kronis meninggal setelah menjalani cuci darah. Namun begitu, penyebab kematian paling utama bukan karena cuci darahnya atau gagal ginjalnya secara langsung, namun karena komplikasi terhadap jantungnya.

Ginjal dan jantung merupakan dua organ yang saling memengaruhi satu sama lain. Ketika ada gangguan di jantung, maka ginjal juga akan terdampak. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi gangguan pada ginjal, jantung juga terdampak. Pada orang dengan ginjal yang sehat, kelebihan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dibuang dengan mudah oleh ginjal. Namun ketika ginjal sudah mulai mengalami gangguan atau kerusakan, proses pembuangan cairan dan elektrolit yang berlebihan dalam tubuh mulai terganggu. Hingga pada akhirnya saat penderita gagal ginjal kronis sudah memasuki stadium akhir, pembuangannya harus melalui bantuan alat cuci darah.

Peningkatan cairan dan elektrolit itulah yang dapat menyebabkan gangguan pada jantung. Karena banyaknya cairan yang menumpuk dalam tubuh, membuat jantung jadi harus bekerja lebih keras untuk bisa memompa cairan tersebut ke seluruh tubuh yang pada akhirnya membuat jantung menjadi “bengkak”. Tetapi, dampak dari banyaknya cairan membutuhkan waktu yang terbilang cukup lama untuk membuat gangguan pada irama jantung. Sebaliknya, peningkatan elektrolit dalam tubuh membutuhkan waktu yang relatif cepat untuk membuat gangguan irama pada jantung.

Namun begitu, hingga saat ini belum pernah ada penelitian yang melihat gangguan irama jantung pada pasien dengan gagal ginjal kronis di Indonesia. Oleh karena itu, tim peneliti dari FK Unair–RSUD Dr. Soetomo Surabaya melakukan penelitian terhadap pasien gagal ginjal kronis yang belum jatuh pada gagal ginjal kronis stadium akhir yang membutuhkan perawatan cuci darah rutin yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Soetomo selama tahun 2019. Sebanyak 192 pasien dengan gagal kronis yang dirawat inap dikonsultasikan ke Departemen Kardiologi untuk menjalani pemeriksaan jantung. Dari seluruh pasien tersebut, sebanyak 58,1% juga menderita darah tinggi, dimana menunjukkan keterikatan satu sama lain antara organ ginjal dan jantung. Dari 192 pasien tersebut, 176 pasien (92,1%) diketahui memiliki setidaknya satu kelainan irama jantung. Dari gangguan irama tersebut, paling banyak adalah gangguan irama karena ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh karena ginjal tidak bisa mengeluarkan elektrolit tersebut sebagaimana mestinya.

Dari penelitian yang sudah kami lakukan, dapat diketahui bahwa memang gangguan irama jantung pada pasien dengan gagal ginjal kronis sudah terjadi sebelum pasien masuk dalam stadium akhir. Gangguan irama jantung itulah yang turut berkontribusi pada kematian dini pasien dengan gagal ginjal kronis. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi rutin terkait irama jantung pasien dengan gagal ginjal kronis. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, masyarakat jadi memahami betapa pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terutama pada masyarakat yang memang sudah terdiagnosa gagal ginjal kronis.

Penulis: dr. Firas Farisi Alkaff

Informasi lebih lanjut terkait artikel ini dapat dilihat di: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33146630/

Mulia EP, Nugraha RA, A’yun MQ, Juwita RR, Yofrido FM, Julario R, Alkaff FF. (2020). Electrocardiographic abnormalities among late-stage non-dialysis chronic kidney disease patients. Journal of Basic and Clinical Physiology and Pharmacology (published online ahead of print 2020), 20200068.