Universitas Airlangga Official Website

Webinar FKM UNAIR Bahas Peran Komunitas Tanggulangi TBC

Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR pada Senin (20/03/2023). Acara tersebut dilaksanakan melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Kemenkes RI)

UNAIR NEWS – Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) tahun 2023, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga bersama Bakrie Center Foundation menggelar webinar nasional. Webinar dengan tema Implementasi TOSS TBC dalam Berbagai Sektor Sebagai Upaya Percepatan Eliminasi TBC itu berlangsung pada Senin (20/3/2023).

Webinar yang digelar secara daring tersebut terbagi menjadi tiga sub-topik. Salah satu topiknya membahas mengenai peran komunitas dan korporasi dalam menanggulangi TBC.

Webinar tersebut menghadirkan narasumber Emy Yuliana MKes Ketua Umum Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera Jatim, Heny Akhmad National Project Director PR Konsorsium Penabulu – STPI, Emma Stanton VP Clinical and Head of Oxford Nanopore Diagnostics, dan Prof Annemieke Geluk Leiden University Medical Center. Dengan dimoderatori oleh Zetiawan Trisno SKM MKes dan Zida Husnina SKM MPh, narasumber yang berasal dari berbagai komunitas dan korporasi tersebut memaparkan bagaimana cara kerja mereka dalam penanggulangan TBC.

Tuberculosis menjadi salah satu fokus pemerintah dalam menangulangi masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report pada tahun 2022, Indonesia menempati posisi kedua di dunia dengan beban kasus TBC tertinggi setelah India. Maka, perlu dilakukan kerja sama yang kuat oleh berbagai pihak dalam menanggulangi kasus TBC.

“Saat ini kita nomor dua dengan beban tertinggi di dunia. Total dari kasusnya diperkirakan ada 969.000 lebih yang artinya satu orang setiap 33 detik terpapar TBC. Angka ini cukup mengejutkan. Tetapi ada kabar baiknya bahwa tahun kemarin disampaikan oleh Kemenkes bahwa kita berhasil mencapai notifikasi di atas angka 660 ribu sekian dan tentu saja di sana ada sumbangan dari komunitas,” ujar Heny.

Peran Komunitas

Heny melanjutkan, peran komunitas dan korporasi sangat dibutuhkan dalam penanggulangan Tuberkulosis. Keterlibatan komunitas sangat penting dilakukan terutama dalam mendukung upaya diagnosis dan pengobatan agar dapat mencapai peningkatan angka keberhasilan pengobatan TBC.

Tujuan peringatan HTBS 2023 ini adalah mendukung pencapaian Eliminasi TBC pada tahun 2030 dengan menguatkan kapasitas dan peran komunitas dalam program pencegahan dan pengendalian TBC dengan menyebarluaskan informasi pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT).

“Angka pencapaian TPT secara nasional masih sangat kecil. Maka peran komunitas yang dapat langsung menjangkau masyarakat dari lingkup terkecil seperti keluarga diharapkan dapat memberikan sumbangan yang lebih besar,” lanjutnya.

Tiga Peran

Peran komunitas dalam hal ini ialah pertama, membantu menyebarluaskan informasi dan meningkatkan pengetahuan serta kepedulian masyarakat terhadap TBC kepada seluruh lapisan masyarakat. Pengetahuan itu antara lain seputar pencegahan, penularan, pemeriksaan, dan pengobatan TBC yang berkualitas.

Kedua, meningkatkan kepedulian dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya TBC (TPT) pada kontak serumah pasian TBC sebagai kelompok berisiko tinggi agar menjadi gerakan bersama. Ketiga, meningkatkan partisipasi kader, manager kasus (MK), patient supporter (PS), dan organisasi berbasis komunitas dalam kegiatan penemuan kasus dan pemberian TBC (TPT) kepada kontak serumah dengan pasien TBC agar penularan dapat segera diputus.

“Implementasi TOSS TBC mutlak sudah dilakukan oleh komunitas dengan melibatkan seluruh unsur di bawahnya terutama kader sebagai garda terdepan dalam penanggulangan TBC. Tugas pokok dari komunitas dan korporasi yaitu menemukan kasus dan mengobatinya sampai tuntas serta melakukan advokasi dan kemitraan sebagai bagian penguat dalam komitmen penanggulangan bersama,” ucap Zetiawan (*)

Penulis : Nova Dwi Pamungkas

Editor : Binti Q Masruroh