UNAIR NEWS – Kesehatan reproduksi adalah segala sesuatu yang menyangkut kesehatan seksual dan pendidikan seksual yang bertujuan untuk mencegah, menjaga, dan mengembalikan fungsi organ seksual dari gangguan. Kesehatan reproduksi penting untuk dipelajari karena tidak hanya meliputi sehat secara fisik saja, tetapi juga sehat secara mental dan sosial.
Airlangga Public Health Student Association (APHSA) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (BEM FKM UNAIR) mengadakan webinar SREHA (Spread Sexual and Reproductive Health Awareness with APHSA) sebagai bagian dari APHSA Social Campaign. Webinar yang dilaksanakan pada Sabtu (20/8/2022) itu mengundang Dr Windhu Purnomo dr MS, dosen FKM UNAIR, serta Radiaz Hages Trianda, aktivis HIV/AIDS dan Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI).
Pembicara pertama, Windhu, membahas mengenai kesehatan reproduksi secara general. Ia mengatakan bahwa kondisi seksual yang sehat itu terjadi ketika individu terbebas atau terlindung dari kemungkinan tertular penyakit menular karena hubungan seks, praktik yang berbahaya, kekerasan seksual, serta individu tersebut dapat mengontrol dan memperoleh informasi tentang seksualitas.
“Kalau kita bicara tentang kesehatan reproduksi, itu bukan hanya menyangkut personal hygiene organ reproduksi saja, tetapi lebih luas lagi. Yang dibahas mulai dari anatominya, fisiologinya atau struktur, dan proses reproduksi itu sendiri,” ujar Windhu.
Windhu melanjutkan bahwa seluruh sistem reproduksi yang kompleks itu diatur oleh otak manusia. Oleh karena itu, sambungnya, pendidikan mengenai kesehatan reproduksi penting untuk dipahami dan dipelajari agar terhindar dari bahaya dan penyakit reproduksi di masa mendatang.
“Prasyarat fungsi reproduksi sehat baik fisik, mental, dan sosial itu salah satunya tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis, contohnya bagi perempuan memiliki rongga pinggul yang cukup dan bagi laki-laki memiliki testis yang baik,” tutur Windhu.
Pembicara kedua, Hages, memaparkan materi mengenai kesehatan reproduksi remaja. Menurutnya, remaja perlu memahami tentang proses, fungsi, dan sistem alat reproduksi serta mengetahui penyakit menular seksual dan cara menghindari kekerasan seksual.
“Seringkali kesehatan reproduksi dikaitkan dengan perempuan saja, padahal bukan hanya perempuan yang harus menjaga kesehatan reproduksi. Tetapi memang perempuan memiliki tindakan secara khusus dibandingkan laki-laki karena fungsi organ yang memiliki perbedaan,” papar Hages.
Hages mengatakan bahwa pada usia remaja, terjadi juga perubahan kejiwaan dan perubahan emosional yang berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan perubahan fisiknya. Pada masa ini, ujarnya, remaja cenderung lebih sensitif dan intelegensi atau kecerdasannya juga mulai berkembang.
“Perubahan organ, fisik, dan psikologis pada remaja adalah proses pertumbuhan yang perlu dijaga dan diketahui secara benar. Memahami secara benar tentang kesehatan reproduksi remaja tentunya mencegah terjadinya hal-hal yang dapat merugikan remaja seperti pernikahan dini, penularan penyakit menular seksual, dan penggunaan narkoba,” tukas Hages. (*)
Penulis: Dewi Yugi Arti
Editor: Nuri Hermawan