UNAIR NEWS – Ikatan Alumni Psikologi Universitas Airlangga (Apsilangga) berkolaborasi dengan Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA UNAIR) Tulungagung. Dalam kolaborasi tersebut Apsilangga selenggarakan Webinar Series Psikologi, sebagai wujud penggalangan donasi untuk proyek Aksi Merdeka Air dan Tanaman untuk Alam (AMERTA). Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk menyambut perayaan Dies Natalis Universitas Airlangga yang ke-69.
Membuka sesi pertama dengan tema “Tuntas Motorik, Kunci Sukses Belajar Anak”, Apsilangga mendatangkan dua narasumber ahli, pada Sabtu (11/11/2023) lalu. Kedua narasumber tersebut ialah Ani Christina SPsi, seorang penggiat pendidikan anak dan dan Dina Nastiti SPsi MPsi Psikolog, yang merupakan seorang psikolog pendidikan dan perkembangan anak.
Dampak Tidak Tuntas Motorik
Tidak tuntas perkembangan motorik pada anak akan mempengaruhi aktivitas dan tumbuh kembang anak. Bahkan, hal tersebut dapat terus berpengaruh hingga anak tumbuh dewasa. Seperti yang dijelaskan oleh Ani Christina pada awal penyampaiannya, “Jadi fenomena tidak tuntas motorik ini menjadi masalah sampai dewasa, dan menjadi kendala sepanjang hayat.”
Ketidak tuntasan motorik pada anak pun turut mempengaruhi kemampuan belajar anak. Oleh karena itu, anak-anak mudah merasa lelah dan tidak tahan lama ketika belajar. Beliau pun menambahkan bahwa melalui screening pada anak yang tidak tuntas motorik berpotensi tidak siap dan mengalami kesulitan belajar. Terutama ketika memahami materi akademik, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
“Anak-anak yang mengalami hambatan motorik, seringkali kesulitan dalam berkonsentrasi, sehingga mengalami kesulitan dalam setiap proses belajar hal baru,” jelas beliau.
Melalui permasalahan tersebut, Ani Christina menekankan manfaat stimulasi sensorik motorik pada anak. Dalam paparannya, ia merangkum tiga poin manfaat stimulasi sensorik motorik. Diantaranya yakni dapat meningkatkan konsentrasi belajar, ketahanan belajar, hingga meningkatkan kesiapan membaca dan menulis.
Beliau pun menambahkan bahwa dalam banyak kegiatan sehari-hari yang dapat melatih motorik anak. Mulai dari belajar mandi sendiri, aktivitas memakai sepatu dan membawa tas sendiri, hingga makan tanpa disuapi oleh orang tua. Menurutnya, hal tersebut dapat dipraktikan oleh orang tua di luar sana untuk mendukung kesiapan motorik anak.

Keterkaitan Motorik dengan Proses Belajar pada Anak
Seperti yang telah dijelaskan oleh Ani Christina sebelumnya, bahwa ketuntasan motorik anak akan sangat berpengaruh dalam proses belajar. Namun orang tua seringkali mempertanyakan keterkaitan antara sensorik motorik dengan proses belajar anak. Pada kesempatannya, psikolog Dina Nastiti menjelaskan bahwa, ketuntasan sensorik motorik merupakan pondasi tubuh ketika belajar.
“Ketika belajar anak harus duduk tegak, di mana membutuhkan punggung yang kuat. Ketika menulis, dibutuhkannya jari, bahu, dan siku yang kuat. Terakhir, ketika membaca anak butuh koordinasi visual-motorik yang bagus, sehingga anak dapat fokus belajar,” jelas beliau.
Selain itu, pemenuhan nutrisi pada anak perlu diperhatikan. Diketahui bahwa tubuh anak membutuhkan pondasi nutrisi yang kuat bagi sistem saraf pusat, yakni otak. Terpenuhinya pondasi nutrisi pada anak akan mendukung konsentrasi anak. Oleh sebab itu, perlu ditekankan bahwa dukungan orang tua terhadap proses belajar anak sangat berpengaruh.
“Belajar merupakan proses kompleks yang melibatkan sensori motorik, yang tidak hanya melalui pembiasaan dan latihan saja,” tutup Dina Nastiti dalam penyampaiannya.
Penulis: Syifa Rahmadina
Editor: Feri Fenoria