Sisa makanan dari restoran, rumah tangga, dan tempat produksi makanan lainnya diketahui masih sering dibuang sebagai limbah karena kelembapannya yang tinggi dan sifatnya yang mudah rusak. Hal ini menyebabkan pencemaran air dan tanah di tempat pembuangan sampah, selain itu sampah sisa makanan dapat mencemari limbah lain sehingga mengganggu pembakaran limbah lainnya. Oleh karena itu, diperlukan program pengelolaan untuk mendaur ulang sampah dengan baik. Karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan meningkatnya permintaan akan makanan, jumlah limbah makanan yang dihasilkan di masyarakat perkotaan meningkat pesat. Berbagai metode pengelolaan sedang diterapkan untuk daur ulang limbah makanan diantaranya pengomposan, pencernaan anaerobik, pembakaran atau pemberian pakan ternak dan unggas. Di sentra peternakan, sebagian besar biaya operasional digunakan untuk biaya penyediaan pakan, sehingga penggunaan pakan yang murah dapat menekan biaya produksi dan juga biaya unggas.
Limbah sisa makanan dari restoran dapat memiliki nilai gizi yang tinggi bagi unggas dan di sisi lain, dapat mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi biaya pembuangan limbah. Mendaur ulang sisa makanan dan menggantinya dengan pakan unggas adalah salah satu proyek terpenting yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan. Selain itu, mengganti limbah makanan sebagai pakan unggas dikenal sebagai solusi daur ulang limbah makanan di Amerika Serikat, dan persentase antara limbah sampah dan sisa makanan sangat signifikan sehingga pemanfaatan limbah makanan di Amerika sudah sangat baik. Mendaur ulang limbah makanan dan menghasilkan produk fungsional pakan ternak sangat penting karena selain dapat mengurangi impor pangan, juga dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Meskipun pendaur ulangan limbah menjadi pakan menjadi salah satu solusi terbaik, namun ada hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan dampak penyebaran patogen dan infeksi yang dapat terjadi ketika pengolahannya kurang baik.
Oleh karena itu, pengolahan dan disinfeksi yang tepat dari bahan-bahan ini merupakan masalah penting yang membutuhkan perhatian besar. Dengan mempelajari berbagai metode konversi dan pengolahan limbah makanan, dimungkinkan untuk mendisinfeksi dan membersihkan limbah makanan secara efektif salah satunya dengan cara melakukan perlakuan panas pada waktu tertentu dan pada suhu yang sesuai. Meskipun perlakuan panas menyebabkan sebagian zat gizi hilang, zat gizi yang tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan zat gizi. Dalam artikel ini, nilai gizi sisa makanan dibandingkan dengan senyawa yang digunakan dalam persiapan pakan unggas telah diselidiki. Oleh karena itu, tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui nilai gizi limbah restoran dan kemungkinan penggantiannya dengan ransum unggas. pada penelitian ini melakukan beberapa pengujian diantaranya persentase lemak, bahan kering dan kalsium. Pengambilan sampel limbah makanan seperti daging merah, ikan, ayam, nasi, dan kacangkacangan yang dilakukan secara acak selama tujuh hari berturut-turut. semua percobaan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali.
Parameter pengukuran persentase lemak diukur menggunakan ekstraktor Soxhlet dan kertas saring no 42, pengukuran persentase bahan kering menggunakan oven dengan menghitung selisih antara berat makanan total dan berat makanan yang telah dikeringkan, pengukuran persentase protein di dalamnya menggunakan metode Kjeldahl, serta pengukuran persentase kalsium dan fosfor dengan menggunakan metode pengabuan, titrasi serta spektofotometri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata bahan kering sisa makanan restoran sekitar 60% lebih rendah dari rata-rata ransum unggas, yang menunjukkan bahwa dalam hal bahan kering, sisa makanan bukan pengganti yang cocok untuk pakan unggas. Rata-rata kalsium sisa makanan restoran sekitar 0,14% lebih tinggi dari rata-rata pakan unggas. Rata-rata kalsium dalam sisa makanan mendekati jumlah kalsium dalam bungkil kedelai, yang dapat dijadikan sebagai pengganti pakan unggas.
Rata-rata fosfor pada sisa makanan restoran sekitar 0,48% lebih rendah dari rata-rata pakan unggas, menunjukkan bahwa limbah makanan bukan pengganti yang sesuai untuk ransum unggas dalam hal fosfor. Rata-rata protein kasar sisa makanan restoran sekitar 5,65% lebih tinggi dari rasio rata-rata unggas. Dalam hal ini, sisa makanan dapat digunakan sebagai pengganti ransum unggas. Rata-rata lemak kasar sisa makanan restoran sekitar 7,34% lebih tinggi dari rasio rata-rata unggas. Dalam hal ini, sisa makanan dapat digunakan sebagai pengganti ransum unggas. Dalam penelitian ini, nilai numerik dari parameter dasar antara pakan unggas dan sisa makanan restoran telah dibandingkan, tetapi untuk menggantikannya sebagai pakan ungags harus dilakukan percobaan lebih lanjut pada unggas secara langsung.
Untuk mengetahui artikel secara lebih detail, maka dapat mengunjungi link dibawah :
Judul: Investigation of parameters in restaurant food waste for use as poultry rations
Penulis: Yudi Garnida, Mohammad Rudiansyah, Ghulam Yasin, Trias Mahmudiono, Abed Jawad Kadhim, Sandhir Sharma, Hussein Ali Hussein, Rustem Adamovich Shichiyakh, Walid Kamal Abdelbasset, Acim Heri Iswanto