Universitas Airlangga Official Website

Potensi Rumput Kebar Memperbaiki Kerusakan Hati

Sumber by powo science

Pestisida banyak digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman seperti kubis, bayam dan wortel. Paparan insektisida yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya kesuburan tanah. Selain itu, residu produk pertanian akan berdampak pada kesehatan manusia dan hewan. Karbofuran adalah jenis insektisida karbamat yang sering menyebabkan keracunan pada organisme non-target seperti tanaman, hewan dan manusia. Penggunaan karbofuran yang berlebihan dapat mengakibatkan pengurangan jumlah individu, hambatan aktivitas metabolisme, hambatan perilaku, dan reproduksi.

Sasaran kerusakan organ akibat efek karbofuran adalah otak, hati, otot dan jantung. Hati merupakan organ kelenjar terbesar yang berperan dalam detoksifikasi bahan sisa metabolisme makanan, obat-obatan, dan zat toksik yang masuk ke dalam tubuh. tubuh. Zat beracun yang terbawa dalam aliran darah dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit di sekitar vena sentral yang terlebih dahulu akan mengalami nekrosis. Pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) dan peroksidasi lipid akibat ROS dapat menyebabkan kematian hepatosit.

Karbofuran yang diberikan secara oral terbukti dapat merangsang ROS yang menyebabkan stres oksidatif dalam tubuh jika dosis yang diberikan terlalu banyak. Ketidakseimbangan antara prooksidan dan antioksidan ini disebut stres oksidatif. Hal ini biasanya terjadi karena kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas. Hepatosit merupakan jaringan utama yang menjadi sasaran peningkatan konsentrasi radikal bebas karena hati merupakan tempat berlangsungnya proses metabolisme senyawa xenobiotik yang akan menginduksi kematian hepatosit. Karbofuran menyebabkan ROS, menyebabkan kerusakan degenerasi dan nekrosis serta inflamasi sel di hati.

Masa laktasi adalah masa yang terjadi ketika seorang ibu melahirkan seorang anak. Pemberian karbofuran pada induk masa laktasi dinilai menunjukkan hasil yang lebih signifikan dibandingkan dengan induk yang tidak masa laktasi. Hal ini disebabkan induk dalam masa laktasi lebih rentan terhadap senyawa kimia tertentu dibandingkan dengan induk yang tidak dalam masa laktasi.

Rumput kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Oxalidaceae yang terdapat di Kabupaten Kebar, Papua Barat. Rumput kebar biasanya tumbuh secara alami dan tersebar hampir di seluruh Kecamatan Kebar. Rumput kebar mengandung flavonoid, retinol, dan tokoferol. Rumput kebar mengandung flavonoid yang memiliki fungsi sebagai antioksidan primer karena merupakan akseptor radikal bebas sehingga dapat menghambat reaksi berantai radikal bebas dalam oksidasi lipid yang dapat mencegah kerusakan membran. Kandungan retinol atau vitamin A dalam rumput kebar berfungsi sebagai antioksidan. Beta karoten bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas dan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil. Beta karoten atau retinol bekerja sama dengan vitamin E (tokoferol) yang terkandung dalam rumput kebar dan vitamin C (asam askorbat). Vitamin C yang diubah menjadi radikal distabilkan oleh antioksidan alami glutathione.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak rumput kebar dalam mengurangi dampak kerusakan hati mencit (Mus musculus) selama laktasi yang terpapar karbofuran. Mencit laktasi (Mus musculus) sebanyak 42 ekor yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi tujuh kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor mencit. Karbofuran, rumput Kebar, dan vitamin C diberikan secara oral pada hari 1 hingga 14 setelah lahir. Kelompok ini terdiri dari C (akuades kontrol), P1 (karbofuran 1/4 LD50 0,0125 mg/hari), P2 (karbofuran 1/8 LD50 0,00625 mg/hari), P3 (karbofuran 1/4 LD50 0,0125 mg/hari + ekstrak rumput kebar 3,375 mg 0,2 ml), P4 (karbofuran 1/8 LD50 0,00625 mg/hari + ekstrak rumput kebar 3,375 mg 0,2 ml), P5 (karbofuran 1/4 LD50 0,0125 mg/hari + vitamin C 5 mg 0,2 cc), dan P6 (karbofuran 1/8 LD50 0,00625 mg/hari + vitamin C 5 mg 0,2 cc). Pada hari ke-15 setelah lahir, mencit dikorbankan dan diambil organ hatinya untuk pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan hematoxilin-eosin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa histopatologi hati mencit mengalami kerusakan yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel inflamasi, degenerasi, dan nekrosis sesuai dengan dosis karbofuran yang diberikan selama masa laktasi (P1 dan P2). Pemberian ekstrak rumput kebar (P3 dan P4) lebih efektif dibandingkan vitamin C (P5 dan P6) dalam menurunkan jumlah sel radang, degenerasi, dan nekrosis hepatosit akibat pemberian karbofuran pada mencit laktasi. Hal ini terlihat pada jumlah kerusakan hati mencit kelompok P3 dan P4 lebih sedikit dibandingkan jumlah kerusakan hati pada kelompok P5 dan P6.

Penulis: Epy Muhammad Luqman

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

https://www.ijscia.com/?p=9226