Universitas Airlangga Official Website

Faktor Organisasi dan  Pengaruhnya  Terhadap  Budaya  Keselamatan  Pasien di Rumah Sakit

Foto by Proxsis Surabaya

Program keselamatan pasien di rumah sakit merupakan bagian dari kebutuhan dan komitmen global dalam meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan aman. Setiap kejadian yang mengakibatkan cedera atau potensi cedera yang dapat dicegah disebut insiden keselamatan pasien. Insiden keselamatan pasien merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.  Salah satu aspek penting dalam program penting dalam keselamatan pasien adalah budaya keselamatan pasien. Budaya ini perlu dibangun di dalam pusat layanan kesehatan seperti rumah sakit agar penerapannya bisa secara spontan tanpa adanya paksaan.  Budaya  keselamatan pasien perlu diterapkan untuk mencegah  terjadinya  insiden keselamatan pasien.

Insiden keselamatan pasien harus dianalisis, diinvestigasi, dan dilaporkan guna menurunkan angka kejadian tidak diinginkan serta memberikan pelayanan yang bermutu dan aman. Penerapan budaya  keselamatan pasien harus dilaksanakan oleh setiap fasilitas pelayanan kesehatan salah satunya adalah  dengan  membangun  kesadaran terhadap  nilai  keselamatan pasien. Kesadaran terhadap nilai keselamatan pasien tersebut akan menjadi sikap dan perilaku staf yang terus menerus hingga membentuk sebuah budaya keselamatan  pasien.

Pelaksanaan program keselatan pasien membutuhkan budaya keselamatan pasien yang kuat dan dilaksanakan dengan baik oleh seluruh karyawan rumah sakit. Faktor organisasi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pelaksanaan budaya keselamatan pasien karena berkaitan secara langsung dengan proses manajerial pelayanan. Faktor organisasi yang meliputi supervisi, tipe kepemimpinan, keterbukaan komunikasi, kerjasama tim, komitmen, manajemen konflik dapat mempengaruhi nilai-nilai dan norma yang dianut dalam organisasi, yaitu budaya keselamatan pasien.

Supervisi  yang berjalan dengan baik di rumah sakit dapat memperkuat budaya keselamatan pasien dalam aspek pengembangan pengetahuan  staf  dalam pemecahan  masalah yang ada.  Sedangkan  tipe  kepemimpinan bersifat  transformasional  yaitu  kepemimpinan  yang  fokus  terhadap perubahan  positif  pada staf akan dapat memperkuat budaya keselatam pasien. Adanya  keterbukaan  komunikasi  yang  baik  membuat staf  lebih  nyaman  dalam  menyampaikan pendapat dengan  rekannya juga dapat memperkuat budaya keselamatan pasien.  Kerjasama tim yang terorganisir dengan baik serta pengelolaan konflik yang baik, dapat menciptakan suasana kerja yang baik yang dapat memperkuat budaya keselatan pasien. Komitmen staf  yang tinggi ini sangat berpengaruh terhadap penciptaan dan penguatan budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

Budaya keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak faktor penyebab terjadinya insiden keselamatan pasien di rumah sakit. Menciptakan budaya keselamatan pasien yang kuat harus didukung oleh faktor organisasi seperti supervisi, kepemimpinan, keterbukaan komunikasi, kerjasama tim serta komitemen staf dan pengelolaan konflik yang baik. Membangun budaya keselamatan pasien tidak hanya bertujuan untuk mencegah terjadi insiden keselamatan pasien, namun akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit, yang pada akhinya akan dapat mewujudkan kepuasan pasien di rumah sakit.

Penulis: Dr. Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.A.R.S.

Apabila saudara tertarik dengan topik ini, saudara dapat membaca artikel Analysis of Organizational Factors on Patient Safety Culture at The Nganjuk General District Hospital artikel  dapat diunduh  di  https://aisyah.journalpress.id/index.php/jika/article/view/7227