Universitas Airlangga Official Website

Pengaruh Diabetes Mellitus dan Osteoporosis pada Tulang Rahang

Foto by Lifepack

Kesehatan gigi dan mulut merupakan satu faktor yang penting dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan, karena rongga mulut merupakan salah satu rongga tubuh yang memiliki berbagai fungsi vital bagi tubuh manusia. Kondisi kesehatan gigi dan mulut, meliputi keadaan gigi geligi, tulang penyangga, serta jaringan lunak. Sebaliknya, kondisi tubuh secara keseluruhan juga dapat memengaruhi keadaan gigi dan mulut. Selain itu, apabila terdapat penyakit sistemik, maka kelainan tersebut juga dapat bermanifestasi pada rongga mulut. Beberapa penyakit sistemik yang memiliki manifestasi gejala pada rongga mulut diantaranya adalah diabetes mellitus dan osteoporosis. Penyakit tersebut telah diketahui memiliki dampak cukup signifikan terhadap kesehatan gigi dan jaringan tulang penyangga seseorang yang mengidapnya. 

Gigi yang mengalami karies maupun penyakit periodontal dapat dicabut sehingga menyebabkan seseorang kehilangan gigi. Penggantian gigi setelah pencabutan dengan gigi tiruan merupakan perawatan yang dibutuhkan agar fungsi pengunyahan tetap. Salah satu jenis gigi tiruan yang banyak dipakai saat ini adalah implant gigi, yang memerlukan prosedur bedah minor pada tulang rahang. Prosedur implant gigi memerlukan kondisi tulang yang baik, sehingga pada pasien yang memiliki penyakit diabetes mellitus maupun osteoporosis, dapat menjadi penyulit karena tulang rahang memiliki kepadatan yang kurang dan penyembuhan yang terhambat.

Diabetes mellitus atau kencing manis, merupakan suatu penyakit metabolik kronis yang berlangsung lama. Secara umum, diabetes dibagi menjadi 2 tipe, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Pada diabetes mellitus tipe 1, disebabkan kelainan autoimun, yaitu sel imun tubuh menyerang sel tubuh sendiri, spesifiknya sel beta pankreas yang memproduksi hormon insulin, sehingga tubuh tidak memiliki insulin untuk regulasi kadar glukosa darah. Pada penyakit diabetes mellitus tipe 2, terjadi resistensi insulin dimana insulin tidak dapat memasukkan glukosa darah pada organ dan sel-sel tubuh, sehingga kadar glukosa darah meningkat, yang berakitbat organ tubuh tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk dapat menjalankan fungsinya. Kondisi tersebut merupakan akibat banyak faktor, diantaranya gangguan metabolisme yang disebabkan oleh asupan makanan yang tinggi gula, berat badan berlebih, keturunan, dan kurangnya aktivitas fisik.

Osteoporosis merupakan suatu penyakit kelainan tulang dimana tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Studi menyebutkan, di seluruh dunia terdapat 200 juta penderita osteoporosis pada tahun 2009. Studi lain di Indonesia pada tahun 2013 menyebutkan, terdapat  23% dari perempuan usia 50-70 tahun dan 53% perempuan usia lebih dari 70 tahun mengidap osteoporosis. Osteoporosis dapat diderita oleh laki-laki maupun perempuan, tetapi jumlahnya lebih banyak perempuan karena mengalami menopouse, dimana saat menopouse kadar esterogen turun sehingga memengaruhi kepadatan tulang.

Diabetes mellitus dan osteoporosis dapat memiliki manifestasi gejala pada gigi dan tulang rahang (tulang penyangga gigi). Manifestasi diabetes mellitus pada tulang rahang antara lain, menurunnya ketinggian tulang alveolar, radang pada gusi dan jaringan penyangga gigi, hingga gigi goyang dan dapat terlepas spontan. Osteoporosis juga memiliki manifestasi gejala pada tulang rahang, yaitu menurunnya kepadatan tulang secara menyeluruh di tubuh penderita sehingga tulang rahang juga menjadi berkurang kepadatannya, sehingga setelah dilakukan pencabutan gigi, akan terjadi resorbsi tulang berlebih pada area tersebut.  resorbsi tulang setelah pencabutan gigi tersebut akan mengakibatkan kesulitan dalam perawatan penggantian gigi dengan gigi tiruan.

Penelitian oleh tim kami berfokus pada pengaruh osteoporosis dan diabetes mellitus tulang rahang. Pada penelitian ini menggunakan model tulang rahang dari hewan coba tikus wistar. Pada hewan coba, dibuat menjadi diabetes mellitus dengan perlakuan pengangkatan indung telur tikus betina, sehingga menjadi menopouse dan osteoporosis. Sedangkan untuk model diabetes mellitus, hewan coba diberi injeksi senyawa sehingga mengalami kondisi diabetes mellitus. Setelah 12 minggu, seluruh tikus diterminasi, dan dilakukan pemeriksaan pada tulang rahangnya.

Pemeriksaan tulang rahang meliputi pengukuran kadar biomarker untuk pembentukan tulang baru, dan penghancuran tulang. Biomarker yang diperiksa pada penelitian ini adalah RUNX2 , VEGF, osterix, osteoblast, osteoclast. Osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang baru ditemukan menurun pada tikus dengan diabetes mellitus dan osteoporosis, begitu pula dengan protein pembentukan tulang, yaitu osterix, VEGF dan RUNX2. Sebaliknya, osteoclast, yang merupakan sel penghancur tulang, ditemukan meningkat jumlahnya pada tikus diabetes mellitus dan osteoporosis. Penemuan ini membuktikan bahwa kondisi diabetes mellitus dan osteoporosis dapat memengaruhi tulang rahang pada hewan coba, dimana tulang menjadi berkurang kepadatannya dan mengalami proses penyembuhan lebih lama. Penelitian ini masih perlu dikembangkan lagi, sehingga dapat diketahui proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dan osteoporosis pada tulang rahang, dan ditemukan terapi untuk kondisi tersebut.

Penulis: Penulis : Prof. Dr. Nike Hendrijantini., drg., MKes., Sp.Pros (K)

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di:

https://www.thieme-connect.de/products/ejournals/abstract/10.1055/s-0042-1745768

Hendrijantini, Nike; Suisan, Yonatan Christian; Megantara, Rizko Wira Artha; Tumali, Bambang Agus Satmoko; Kuntjoro, Mefina; Ari, Muhammad Dimas Aditya; Sitalaksmi, Ratri Maya; Hong, Guang. Bone remodelling in Mandible of Wistar Rats with Diabetes Mellitus and Osteoporosis. European Journal of Dentistry vol.16.2022.

https://doi.org/ 10.1055/s-0042-1745768