Ruang perpustakaan yang berkualitas menjadi salah satu sarana penting dalam penyelenggaraan aktivitas layanan informasi, sehingga perlu dirancang sebaik-baiknya agar pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan layanan dan fasilitas yang disediakan secara optimal. Perpustakaan sebagai ruang publik dikatakan berkualitas baik bila tidak sekadar memberi layanan informasi bagi pengguna perpustakaan, namun juga menyiapkan ruang perpustakaan yang aman, nyaman, fleksible dan efektif. Hal tersebut diharapkan mampu menciptakan rasa senang sehingga meningkatkan minat pengguna berkunjung ke perpustakaan untuk melakukan berbagai aktivitas yang bermakna didalamnya. Dengan demikian, ruang perpustakaan yang berkualitas baik menjadi prioritas agar dapat meningkatkan produktivitas bagi seluruh pengguna maupun pustakawan yang bekerja di perpustakaan.
Menurut Mcdonald (2006), terdapat 10 kriteria yang dapat dipergunakan sebagai landasan untuk mengukur kualitas ruang perpustakaan. Pertama, fungsional, yaitu sebuah ruangan harus berfungsi dengan baik dan dapat mendukung kinerja dan layanan secara maksimal. Kedua, mudah beradaptasi, yaitu sebuah ruangan harus dapat mengikuti perubahan zaman sehingga dapat dialihfungsikan sehingga menekan biaya membangun ruangan baru. Ketiga, dapat diakses, yaitu sebuah ruangan dapat dengan mudah dijangkau atau diakses oleh siapa pun. Keempat, bervariasi, yaitu perpustakaan dapat menyediakan variasi ruangan untuk menyesuaikan keberagaman kebutuhan, perilaku, dan gaya belajar pengguna. Kelima, interaktif, yaitu ruangan yang dapat menghubungkan antara pengguna dengan layanan. Keenam, kondusif, yaitu di mana ruangan dapat membuat pengguna merasa nyaman tanpa gangguan dari dalam maupun luar perpustakaan. Ketujuh, sesuai dengan kondisi lingkungan, yaitu desain ruangan disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang meliputi suhu udara, tingkat polusi, dan pencahayaan. Kedelapan, aman dan nyaman, yaitu ruangan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh individu di dalamnya terkait kondisi bangunan, peralatan, serta kelengkapan sarana dan prasarana. Kesembilan, efisien, yaitu berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan maupun penyediaan sarana dan prasarana perpustakaan. Kesepuluh, sesuai untuk teknologi informasi, yaitu ruangan harus dipersiapkan agar dapat beradaptasi dengan adanya perubahan teknologi yang akan terjadi di masa mendatang.
Dampak Kualitas Ruang pada Personal Space Pengguna Perpustakaan
Kualitas ruang perpustakaan tidak hanya sebagai acuan dalam meningkatkan minat berkunjung, namun hal tersebut juga memberikan dampak pada aspek personal space pengguna ketika berada di dalam ruang perpustakaan. Sikap individu ketika berinteraksi dengan lingkungan dapat dipengaruhi oleh aspek kualitas ruangan, karena setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menerima, memahami, dan merespon lingkungan sekitarnya yang dilatarbelakangi dengan perbedaan kondisi fisik, psikis, dan personal space (Mahmoud, 2017).
Personal space adalah batas tidak nyata yang ada di sekitar individu, yang apabila batas tersebut dilanggar atau diabaikan oleh pihak lain, maka individu tersebut akan mengambil jarak untuk melindunginya dari ketidaknyamanan. Setiap individu memiliki personal space yang berbeda, begitu juga dengan sifat dari personal space yang dapat berubah-ubah sesuai dengan faktor yang mempengaruhi seperti faktor situasional, perbedaan individu, dan fisikal ruang (Iskandar, 2012). Masing-masing faktor memiliki aspek yang berbeda-beda, Pertama, faktor situasional didasarkan pada situasi individu seperti ketertarikan, kesamaan, dan jenis interaksi. Kedua, faktor perbedaan individu yang dipengaruhi oleh perbedaan karakter, kepribadian, jenis kelamin, usia, suku, ras, maupun agama yang semakin banyak perbedaan dapat memperluas jarak personal space. Ketiga, faktor fisikal ruang berdasarkan bentuk ruangan atau bangunan dan pengaturan posisi tempat duduk.
Menurut Sari dan Pramitasari (2019), personal space memengaruhi perilaku pemilihan tempat duduk pengguna perpustakaan. Pengguna yang datang berkelompok cenderung merasa nyaman ketika duduk bersama kelompoknya, sedangkan pengguna individu akan lebih nyaman ketika berada pada posisi dengan jarak tertentu yang dianggap aman dari pengguna lain. Hal ini terkait juga dengan perilaku di mana individu yang ingin berkonsentrasi dalam aktivitasnya cenderung memilih tempat yang jauh dari orang atau aktivitas lain. Misalnya, aktivitas pengguna membaca di sudut ruangan karena posisi tersebut dianggap lebih privat, sehingga personal space-nya terlindungi. Di sisi lain, ukuran meja, kursi, serta jarak antar kursi pada meja baca yang tidak sesuai dapat berdampak pada personal space pengguna (Hidayatullah & Haripradianto, 2018; Wicaksana & Handajani, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian pada pengguna perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, diketahui bahwa rata-rata skor aspek kualitas ruang serta skor personal space keduanya berada pada kategori baik. Pada aspek kualitas ruang diperoleh rata-rata skor 3.79 dari skala range 5. Desain ruang perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur juga telah memperhatikan faktor interaktif dengan rata-rata skor 4.17, yang tampak pada pemanfaatan pilar-pilar penyangga dalam gedung perpustakaan sebagai tempat untuk menampilkan informasi terkait koleksi serta pemanfaatan OPAC sebagai alat bantu penelusuran koleksi. Di sisi lain, faktor mudah beradaptasi pada ruang perpustakaan perlu ditingkatkan lagi, karena terdapat sekat permanen pada setiap ruangan yang membuat ruangan kurang fleksibel apabila akan dilakukan pengubahan atau penataan ulang ruangan.
Secara keseluruhan, personal space pengguna perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur memperoleh nilai rata-rata 3.8. Faktor personal space dengan perolehan rata-rata skor tertinggi yaitu pada faktor situasional dengan rata-rata skor 4.01. Faktor situasional didasarkan pada situasi di lingkungan perpustakaan yang dirasakan pengguna, personal space akan mengecil apabila individu nyaman dengan situasi disekitarnya Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna telah menyadari situasi dan kondisi yang diinginkan ketika mengunjungi perpustakaan. Situasi yang sesuai dengan apa yang diinginkan individu akan memunculkan rasa aman dan nyaman (Hanom et al., 2019). Sebaliknya personal space akan membesar bila pengguna merasa tidak nyaman atau terganggu. Dalam penelitian ini, faktor perbedaan individual memperoleh rata-rata skor terendah. Faktor ini meliputi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada antar individu yang kemudian menentukan pola perilaku individu dalam mengatur personal space-nya. Rendahnya rata-rata skor pada aspek ini menunjukkan bahwa pengguna perpustakaan membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri ketika berinteraksi dengan individu yang baru pertama kali bertemu.
Secara keseluruhan, hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas ruang perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur termasuk dalam kategori baik dan memiliki dampak terhadap personal space pengguna perpustakaan, meskipun dampak tersebut cukup kecil yaitu 20.9%. Aspek kualitas ruang yang perlu diperhatikan terutama pada unsur fleksibilitas ruangan agar mendukung terciptanya personal space yang nyaman bagi pengguna perpustakaan.
Penulis: Fitri Mutia, A.KS., M.Si.
Link Jurnal: https://jurnal.ugm.ac.id/v3/BIP/article/view/2007/1689