Universitas Airlangga Official Website

Diaphragmatic Breathing, Bukan Sekadar Bernapas

Ilustrasi by Halodoc

Bernafas adalah kebutuhan mutlak makhluk hidup, termasuk manusia. Tanpa makan manusia mampu bertahan hidup dalam waktu yang cukup panjang. Tanpa bernafas bisa ‘dipastikan’ manusia segera menjemput ajal.

Bernapas merupakan kebutuhan mutlak manusia. Dalam keadaan darurat, jalan nafas dan pernafasan merupakan masalah utama yang harus segera diatasi. Secara empiris, teknik pernapasan yang dilakukan orang pada umumnya bervariasi. Dari semua pola pernapasan, diyakini pasti ada yang paling optimal. Salah satunya adalah pernapasan diafragma (Diaphragmatic Breathing:DB). DB memainkan peran diafragma sebagai otot utama yang melakukan aktivitas menghirup dan menghembuskan napas. Pola pernapasan yang optimal, termasuk DB, memiliki kemampuan untuk meredakan beberapa masalah medis.

Meskipun manusia bernapas setiap hari secara teratur, ternyata pernapasan belum tentu efektif. Padaumumnya semua orang hanya sekedar melakukan upaya napas sebagaimana yang biasa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, jika pola pernapasaan ini sedikit saja diolah menggunakan teknik yang cukup sederhana akan mampu memantik manfaat yang luar biasa. Manfaat itu antara lain dalam meringankan banyak ragam penyakit. Tentu saja hal ini sangat berguna dalam upaya pengobatan medis.

Orang dewasa, usia antara 19-59 tahun, secara umum sesuai rata-rata statistik, bernapas 12-20 kali per menit. Jika satu jam upaya ini bernilai 60 kali 16 (rata-rata frekuensi napas). Dalam sehari manusia memiliki waktu 24 jam. Upaya napas dalam sehari merupakan hasil kali 24, 60 dan 16. Upaya ini dalam sepekan bernilai banyak apalagi dalam setahun. Jika sejumlah upaya besar ini dilakukan dengan teknik sederhana tertentu, betapa besar manfaat yang bisa dihasilkan darinya.

Salah satu indikator pernapasan efektif adalah, relatif sedikit energi yang dikeluarkan untuk sekali napas. Upaya ini bisa dilakukan melalui latihan. Latihan pernapasan mampu meningkatkan kekuatan otot pernapasan. Latihan pernapasan melatih pernapasan yang baik dan benar. Ia melatih pengeluaran napas yang efektif.

Salah satu teknik pernapasan yang efektif adalah pernapasan DB. Selama inhalasi, diafragma berkontraksi, sehingga paru-paru dapat mengembang ke ruang ekstra dan membiarkan udara sebanyak yang diperlukan. Ini merangsang pernapasan dalam dan memperluas paru-paru ke diafragma daripada menggunakan otot-otot perut atau tulang rusuk. Teknik DB spesifik pada pernapasan sedang, menggunakan proses seperti menghitung napas sambil membesarkan perut dan menarik napas dalam-dalam melalui hidung, berhenti sejenak, diikuti dengan kontraksi otot-otot perut dan menghembuskan napas perlahan dan penuh melalui mulut. Teknik ini termasuk mengembangkan pola inhalasi (menarik napas) dan ekspirasi (mengeluarkan napas) untuk menurunkan frekuensi pernapasan.

DB tidak memerlukan peralatan khusus, mudah dipraktekkan, dan hemat biaya. DB yang optimal dapat menghasilkan efek terapeutik untuk meringankan penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, stroke kronis, gagal jantung kongestif (CHF), penyakit refluks gastroesofageal (GERD), cerebral palsy (CP), manajemen nyeri dalam persalinan, dan kecemasan.

World Health Organization (WHO) mencatat bahwa PPOK merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi kelima di dunia. Angka kematian PPOK terus meningkat setiap tahunnya.

Asma memiliki episode batuk berulang, sesak napas, dan sesak dada. Asma menimbulkan eksaserbasi, gejala yang memburuk secara berkala. Eksaserbasi dapat berakibat fatal, lebih sering dan lebih serius pada pasien berisiko tinggi. Asma merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan dan pemborosan sumber daya kesehatan. Ini mempengaruhi sekitar 1 sampai 18% dari populasi di seluruh dunia.

Masih menurut WHO, di seluruh dunia 17,5 juta orang meninggal karena gangguan kardiovaskular, CHF. Gejala utamanya adalah sesak napas.

GERD merupakan gangguan sistem pencernaan dan prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. GERD disebabkan oleh gangguan pada pergerakan saluran pencernaan bagian atas dan refluks asam lambung di kerongkongan. GERD menyebabkan berbagai luka dan membuat tubuh tidak nyaman.

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika suplai darah ke otak berkurang karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Fungsi pernafasan pasien stroke secara langsung/tidak langsung dipengaruhi oleh penurunan transportasi oksigen yang berhubungan dengan fungsi sistem kardiovaskuler dan fungsi denyut jantung serta penurunan (melemahnya) gerakan dinding dada dan penurunan drastis fungsi paru-paru, sistem kardiovaskular akibat penurunan frekuensi aktivitas fisik.

Penyakit lain yaitu  kecemasan merupakan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Ini berhubungan langsung dengan parameter PPOK. Sementara CP adalah sindrom gangguan postur dan motorik non-progresif yang menyebabkan keterbatasan aktivitas dan sering disertai dengan gangguan kognitif atau defisit visual. Kerusakan otak bersifat permanen dan tidak reversible, tetapi gejala CP dapat diminimalkan.

Sesuai dengan literatur dari berbagai jurnal yang terpercaya, sekian banyak penyakit tersebut di atas dapat diringankan melalui cara bernapas yang efektif, ialah DB.

Penulis: Prof. Dr. H. Abdurachman, dr., M.Kes. PA(K)

Link Jurnal: Optimal Diaphragmatic Breathing Patterns Can Light Some Medical Problems

https://e-journal.unair.ac.id/JR/article/view/33702