Universitas Airlangga Official Website

Pembuatan Sistem Skor Prediktor Mortalitas Pascaoperasi Kanker Kolorektal di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Foto by FB RSUD Dr Soetomo

Besarnya risiko suatu tindakan penting diketahui sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan tindakan operasi bagi dokter dan pihak pasien, dan sebagai data dasar pemberian informed consent. Telah ada beberapa sistem skor prediktor mortalitas yang khusus untuk tindakan kolorektal seperti AFC, CR-POSSUM, IRCS, dan ACS-NSQIP SRC. Namun validasi eksternal yang dilakukan seringkali gagal mencapai akurasi prediksi yang optimal yang konsisten1–7.  Hal ini dapat disebabkan karena sampel yang terlalu kecil, perbedaan demografi, dan perbedaan rumah sakit atau standar pelayanan kesehatan8. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu sistem skor baru untuk memprediksi mortalitas pascaoperasi pasien kanker kolorektal (KKR) dan membandingkan dengan akurasi prediksi dari sistem skor yang sudah ada.  

Data pasien KKR yang menjalani operasi di RSUD Dr. Soetomo dikumpulkan secara retrospektif cohort mulai 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2020, didapatkan 1079 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan analisa regresi multivariat untuk mendapatkan faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap mortalitas 30-hari pascaoperasi, untuk membuat suatu sistem skor prediktor. Dilakukan juga analisa akurasi prediksi dari sistem skor lain (AFC, CR-POSSUM, IRCS, dan ACS-NSQIP SRC) menggunakan kurva ROC.

Didapatkan angka mortalitas pascaoperasi KKR sebesar 12.9% (139 dari 1079 pasien) (operasi elektif 6.5%, operasi darurat 22.6%), dengan faktor risiko sebagai prediktor terkuat adalah kadar albumin < 3.4 g/dL (OR 6.93, 95%CI 4.37—10.99, p < 0.001), frekuensi denyut nadi > 120 kali/menit (OR 5.49, 95%CI 2.11—14.29, p < 0.001), status fungsional dependen total (OR 4.43, 95%CI 2.06—9.49, p < 0.001) atau parsial (OR 2.34, 95%CI 1.28—4.28, p < 0.001), adanya asites (OR 3.58, 95%CI 1.84—6.94, p = 0.001), jenis tindakan operasi mayor (OR 2.48, 95%CI 1.38—4.44, p = 0.009), riwayat dyspnea (OR 2.40, 95%CI 1.19—4.84, p 0.014), dan kadar Hb < 10 g/dL (OR 1.85, 95%CI 1.12—3.04, p = 0.016). Faktor-faktor risiko tersebut dipakai dalam pembuatan sistem skor yang baru. Akurasi prediksi sistem skor Surabaya pada validasi internal ini sebesar 0.831 (95%CI 0.790—0.871). Dengan hasil validasi eksternal sistem skor AFC memiliki akurasi prediksi 0.630 (95%CI 0.498—0.762), skor CR-POSSUM 0.698 (95%CI 0.563—0.833), skor IRCS 0.564 (95%CI 0.426—0.702), dan skor ACS-NSQIP SRC 0.674 (95%CI 0.541—0.806).

Sistem skor Surabaya merupakan sistem skor menggunakan 7 variabel yang dapat digunakan dengan mudah dan akurat dalam menentukan mortalitas pascaoperasi. Diperlukan validasi eksternal terhadap sistem skor prediktor ini menggunakan pendekatan penelitian prospektif multisenter berskala besar.

Penulis: Tomy Lesmana, dr., Sp.B.

Link Jurnal: https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/2988