Universitas Airlangga Official Website

Kualitas Hidup Individu Autistik Dewasa dan Peran Dukungan Sosial

Foto by Alomedika

Gangguan spektrum autisme merupakan gangguan perkembangan pada aspek komunikasi dan interaksi sosial yang menghambat fungsi sehari-sehari individu. Asosiasi Psikiatri Amerika dalam DSM 5 memperkirakan prevalensi global sebesar 1% dari jumlah populasi di tiap negara. Sementara menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari 160 anak terdapat 1 anak yang didiganosa autisme.

Hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosial berlangsung hingga dewasa. Individu autistik dewasa dengan keterampilan sosial yang terbatas mengalami kesulitan dalam membangun relasi sosial, mendapatkan pekerjaan, bertahan di tempat kerja, mengakses fasilitas publik, dan rentan mengalami masalah kesehatan mental. Banyak dari individu autistik dewasa yang masih membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas sehari-hari (misal: mengurus diri sendiri, mengurus masalah keuangan, dsbnya). Berdasarkan studi sebelumnya, dari tahun ke tahun individu autistik dewasa melaporkan kualitas hidup yang rendah (Van Heijst & Geurts, 2015; Weir et al., 2022).

Kualitas hidup merupakan penilaian subjektif individu terhadap lingkungan sekitarnya yang mencakup aspek kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Upaya meningkatkan kualitas hidup pada individu autistik dewasa dilakukan dengan merekognisi faktor-faktor prediktornya. Salah satunya dukungan sosial.  Penelitian melaporkan bahwa dukungan sosial berkaitan dengan kualitas hidup karena individu autistik dewasa merasakan kurangnya dukungan sosial menimbulkan permasalahan lain seperti, sedikitnya jumlah teman; terbatasnya jejaring sosial; kesepian; dan kecenderungan mengisolasi diri.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa individu autistik dewasa yang merasakan ketersediaan dukungan sosial tinggi, memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi. Kualitas hidup individu autistik dewasa meningkat ketika individu merasa kondisinya dapat diterima oleh lingkungannya, dilibatkan dalam kegiatan, dan diberikan dukungan yang sesuai kebutuhannya seperti bantuan dalam berinteraksi/berkomunikasi dengan orang lain. Lingkungan yang dirasa kurang menerima kondisi autisme seperti diskriminasi, ejekan dari teman, diisolasi dari lingkungan pergaulan, dan dijadikan bahan bercandaan.

Individu autistik dewasa merasakan dukungan emosional yang paling rendah. Individu autistik dewasa kesulitan menemukan teman yang berbagi minat yang sama, merasa kurang diterima di lingkungannya, dan kurang dilibatkan dalam kegiatan sosial. Sementara itu, individu autistik dewasa merasa amat terbantu dengan dukungan informasional berupa informasi terkait terapi, obat untuk meringankan gejala, dan sekolah/kampus yang menerima kondisi khususnya. Dukungan tersebut berasal dari orang tua, keluarga, guru, teman sebaya, dosen, dan terapis. Dukungan sosial tidak hanya diperuntukkan bagi individu, namun juga diperlukan oleh keluarga individu autistik dewasa supaya lebih bisa mengapresiasi dan menerima kondisinya.

Dukungan sosial bagi individu berkebutuhan khusus membutuhkan upaya dari berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Upaya meningkatkan kualitas hidup bagi individu autistik dewasa dapat diperkuat dengan menyediakan pusat-pusat informasi layanan terapi bagi individu berkebutuhan khusus, skema pembiayaan terapi untuk meringankan beban orang tua, menambah lapangan pekerjaan bagi individu berkebutuhan khusus, dan membuka lebih banyak akses melanjutkan ke pendidikan tinggi. Selain itu, psikoedukasi terkait gejala dan bantuan yang dapat diberikan oleh masyarakat awam terhadap kondisi khusus autisme juga perlu terus dilakukan.

Penulis: Endang Retno Surjaningrum

Link Jurnal: Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Volume 11 Nomer 3 berjudul Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kualitas Hidup pada Individu Autistik Dewasa (DOI : 10.33007/ska.v11i3.3085).