Penyakit diabetes mellitus (DM) atau yang biasa dikenal dengan penyakit kencing manis tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga pada anak. DM merupakan penyakit metabolik utama pada anak yang bersifat kronis dan berpotensi mengganggu tumbuh kembang anak. Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa jumlah anak yang menderita DM meningkat 700% dalam 10 tahun, menunjukkan banyaknya kasus DM pada anak di Indonesia. Pada umumnya, DM dibedakan menjadi 2 tipe: yaitu tipe 1 dan tipe 2. DM tipe-1 disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi cukup insulin, sementara DM tipe-2 disebabkan oleh gangguan kerja insulin yang juga dapat disertai kerusakan pada sel pankreas. Kasus DM tipe-1 lebih sering ditemukan pada anak, dan kejadiannya tidak dapat dicegah, melainkan dapat dideteksi dini agar bisa diberikan pengobatan secepatnya.
Penyebab utama DM pada anak adalah akibat tubuh tidak dapat memproduksi insulin, sehingga kadar gula yang didapatkan dari makanan tidak dapat disalurkan ke dalam sel tubuh. Kondisi tersebut mengakibatkan gula menumpuk di dalam darah sehingga kadar gula dalam darah cenderung tinggi. Ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin perlu dibantu dengan pemberian insulin dari luar. Oleh karena itu, penderita DM tipe-1 sangat tergantung pada penggunaan insulin sebagai terapi utama. Penderita DM tipe-1 perlu menyuntikkan insulin ke tubuhnya beberapa kali sehari dan memantau kadar gula darahnya secara ketat. Suntik insulin bisa diberikan minimal 2 kali sehari, yaitu sebelum makan atau pada malam hari sebelum tidur agar kadar gula darah tetap stabil. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan pemantauan gula darah mandiri (PGDM) paling tidak 4-6 kali per hari, yaitu (1) pagi hari saat bangun tidur, (2) sebelum makan, (3) 1,5-2 jam setelah makan, dan (4) malam hari. Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontrol gula pada anak dengan DM tipe-1, antara lain pengaturan pola makan, menjaga perubahan berat badan, aktivitas fisik atau olahraga teratur, dan sebagainya. Suntik insulin pada anak DM tipe-1 perlu diberikan seumur hidup.
Orang tua dan orang sekitar perlu memahami kondisi anak diabetes, pun juga tentang pengobatan dan resiko komplikasi yang dapat terjadi pada anak. Pemberian suntikan insulin yang tidak teratur dapat beresiko menyebabkan kadar gula darah menjadi tidak stabil. Anak dengan DM tipe-1 beresiko lebih tinggi mengalami ketoasidosis diabetikum (KAD) dibandingkan dengan penderita DM tipe-2. Penggunaan insulin yang tidak teratur dapat meningkatkan resiko terjadinya KAD pada penderita DM tipe-1. KAD merupakan suatu kondisi dimana kadar gula dalam darah sangat tinggi namun tidak dapat disalurkan ke dalam sel, sehingga menyebabkan gangguan pada kerja sel tubuh. Karena sel tubuh tidak mendapatkan asupan gula dari dalam darah, maka untuk beraktivitas tubuh memecah lemak sebagai sumber bahan bakar. Meskipun lemak dapat dijadikan sumber bahan bakar cadangan oleh tubuh, namun metabolisme tersebut menghasilkan produk sampingan berupa asam laktat. Semakin tinggi proses pemecahan lemak maka semakin banyak juga asam yang dihasilkan. Penumpukan asam dalam darah dapat menyebabkan kondisi kegawatan yang mengancam jiwa.
Oleh karena itu, penting bagi penderita DM tipe-1 untuk melakukan suntikan insulin secara teratur sesuai jadwal dan melakukan pengecekan kadar gula darah berkala. Kontrol gula darah yang baik akan menurunkan resiko kejadian komplikasi, serta dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penulis: Katherine Fedora, Nur Rochmah, Muhammad Faizi, Yuni Hisbiyah, Rayi Kurnia P
Jurnal: The Glycemic Control Among Type 1 Diabetes Children Pre and During COVID-19 Pandemic A Meta Analysis