Pendidikan telah dikenal sebagai penentu status kesehatan gigi dan mulut serta perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut di negara-negara berpenghasilan tinggi. Akan tetapi konsep ini kurang dikenal di negara-negara berpenghasilan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendidikan mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut serta perilaku kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder menggunakan data dari survei kesehatan dasar Indonesia di tahun 2013.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat gradien pendidikan yang konsisten yang ditemukan untuk kondisi gigi ompong (edentulism), pemanfaatan perawatan gigi, dan perilaku menyikat gigi di semua spesifikasi model. Orang tanpa gelar pendidikan formal memiliki risiko 1,03 kali lebih tinggi untuk tidak melakukan perawatan gigi; beresiko 3,15 kali lebih tinggi untuk memiliki status gigi ompong; serta beresiko 15,6 kali lebih tinggi untuk memiliki frekuensi menyikat gigi yang buruk dibandingkan dengan orang yang memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi. Gradien pendidikan yang mencolok ini konsisten diamati pada status gigi, pemanfaatan layanan gigi, dan perilaku menyikat gigi di Indonesia. Kesenjangan pendidikan jauh lebih besar untuk perilaku menyikat gigi daripada pemanfaatan perawatan gigi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi untuk kebijakan kesehatan harus segera dilakukan guna mempromosikan pencapaian peningkatan pendidikan secara menyeluruh, serta memprioritaskan layanan pencegahan dan perawatan gigi untuk mereka yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
Penulis: Ninuk Hariyani, drg., M.Kes., MPH., PhD.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Hariyani N., Setyowati D., Listl S., Nair R. Effect of socioeconomic position on teeth and dental care – evidence from a population-based study in Indonesia. Oral Health and Preventive Dentistry. 2023 Mar 15;21(1):77-82. doi: 10.3290/j.ohpd.b3956549