Universitas Airlangga Official Website

Digitalisasi al Quran: Penerimaan Santri terhadap Nilai Sakralitas Aplikasi al Quran Digital

Foto by Suara Muslim

Penelitian ini mengungkap penerimaan santri terhadap nilai sakralitas  aplikasi Al Qur’an digital di smartphone dengan menggunakan metode etnografi. Santri yang dpilih adalah santri remaja karena karakter keterbukaan mereka terhadap adopsi teknologi informasi terutama teknologi digital. Hal ini merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi penelitian ini, bahwa masyarakat bukan hanya mengadopsi namun bahkan dalam masyarakat postmodern tingkat ketergantungan terhadap teknologi informasi semakin meningkat dan media digitalpun semakin memiliki pengaruh dalam masyarakat. Ketergantungan dan pengaruh pada teknologi digital ini menjadi salah satu “budaya baru” dalam masyarakat postmodern (Kellner, 2013).

Kehadiran teknologi digital dalam masyarakat postmodern membuat penggunanya mampu mengeksplorasi ruang dan waktu tanpa batas secara masif (Preston, 2001; Sugihartati, 2014; Kadir,

Ashaari, & Judi, 2019; Hefni, 2020;), utamanya teknologi smartphone. Kehadiran smartphone mampu memenuhi kebutuhan akan informasi secara cepat, tepat dan akurat. Berdasar riset dari Emarketer’s digital marketing research institute, di tahun 2018 terdapat 100 juta lebih pengguna aktif smartphone di Indonesia, dan menjadikan Indonesia negara di urutran keempat setelah China, India dan Amerika dalam pengguna aktif smartphone. Melalui smartphone, pengguna secara mudah mengunduh beragam aplikasi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna termasuk kebutuhan akan informasi berkait dengan keagamaan. Berkaitan dengan informasi dan aktivitas keagamaan, terdapat lima fungsi smartphone yakni 1) untuk dakwah 2) membentuk komunitas baru 3) mengatasi kendala batasan fisik 4) memfasilitasi kegiatan ritual secara virtual 5) memfasilitasi tumbuhnya kesadaran keagamaan (Dawson, 2001; Dawson & Cowan, 2004).

Bagi masyarakat di Indonesia terutama remaja, dalam hal aktivitas keagamaan mereka memanfaatkan perangkat smartphone yang mereka miliki untuk mengunduh aplikasi Al Qur’an digital. Lebih lanjut mereka pun lebih memilih menggunakan aplikasi ini daripada menggunakan Al Qur’an dalam wujud fisiknya. Dalam konteks inilah terjadi transformasi budaya terutama aspek sosio-religius. Karena sebagai sebuah kitab suci, terdapat etika atau cara dan ritual yang harus dilakukan sebelum membaca Al Qur’an termasuk bersuci/wudlu, memakai pakaian yang sopan, menghadap Kiblat dan membacanya secara tidak terlalu keras. Pun sangat disarankan untuk menepatkan Al Qur’an di tempat khusus yang bersih, terlindung dan tidak membawanya di tempat yang termasuk dalam kategori kotor seperti di kamar mandi. Hal-hal ini memiliki potensi mengalami perubahan saat Al Qur’an berada dalam bentuk digital yang ada di aplikasi di smartphone. Inilah yang menjadi sentral pertanyaan dalam penelitian ini, apakah Al Qur’an digital ini akan diperlakukan sama dengan versi cetaknya oleh santri remaja, ataukah ada transformasi sakralitas dikarenakan keberadaan teknologi digital. Santri remaja dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia 18-30 tahun yang tinggal di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan menggunakan baik Al Qur’an digital maupun versi cetak. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif santri dalam mengunduh aplikasi Al Qur’an digital sangat beragam, mulai dari motif teknis (kemudahan/kepraktisan) sampai alasan yang bersifat spiritual keagamaan. Alasan kepraktisan utamanya karena kemudahan dalam membawanya dan juga kemudahan dalam mendapatkan translasi dan mencari surat dan ayat dalam Al Qur’an. Santri dalam penelitian ini memiliki waktu yang spesifik dan menghabiskan waktu antara 10-60 menit untuk membaca mushaf (versi cetak) Al Qur’an. Namun hal ini berbeda jika mereka ingin membaca Al Qur’an secara digital. Mereka menyatakan  bahwa tidak ada waktu spesifik dan biasanya mereka membuka aplikasi dan membaca Al Qur’an digital di saat senggang misalnya saat santai atau saat menunggu di sela waktu belajar di pondok pesantren. Selain itu, dengan menggunakan Al Qur’an digital santri menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kewajiban untuk bersuci terlebih dahulu, tidak perlu menghadap Kiblat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi perubahan perlakuan dalam etika membaca Al Qur’an antara versi cetak dan digital. Hal ini meresahkan karena sejatinya etika ini justru merupakan pemisah antara yang sakral dan yang bukan. Modernitas dalam bentuk teknologi digital dalam penelitian ini menjadi penyebab adanya transformasi bentuk sekaligus juga perubahan nilai-nilai sakralitas.

Penulis: Mahfudlah Fajrie, Dwi Agung Nugroho Arianto, Akhirul Aminulloh, Yuyun Wahyu Izzati Surya, S.Sos., MA.,PhD

Judul: Al-Quran Digitalization: Adolescent View on the Value of  the Digital Al-Quran Application

Link : https://ejournal.ukm.my/mjc/article/view/56761