Gagal jantung adalah sindrom klinis yang muncul dari berbagai penyakit jantung. Terdapat beberapa gejala fungsional yang muncul pada pasien gagal jantung, seperti penurunan kapasitas aerobik, penurunan kekuatan otot, penurunan aktivitas fisik dramatis, hingga intoleransi pada kegiatan fisik moderat, yang disertai dengan gejala kelelahan dan dispnea. Lebih lanjut, pasien gagal jantung menunjukkan gangguan kapasitas fungsional, mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan mengalami penurunan kualitas hidup. Studi klinis juga telah membuktikan bahwa kapasitas aerobik maksimal berkorelasi terbalik dengan tingkat keparahan gagal jantung dan secara langsung berkorelasi dengan prognosis dan harapan hidup pasien.
Gagal jantung diastolik (DHF atau HFpEF) saat ini menyumbang >50% semua pasien gagal jantung. Pasien dengan HFpEF menderita gejala gagal jantung kongestif akibat gangguan relaksasi dan peningkatan kekakuan ventrikel kiri (LV). Cedera miokardium yang menyebabkan fibrosis interstisial dan hipertrofi miosit, gangguan homeostasis kalsium intraseluler, penurunan elastisitas karena perubahan isomer pada protein sarkomer, dan berbagai aktivasi neurohormonal terlibat dalam patofisiologi HFpEF.
Ranolazine, turunan piperazine yang dijual dengan nama dagang Ranexa, adalah obat yang dapat ditoleransi dengan baik yang secara selektif menghambat kanal natrium (INa). Selain itu, ranolazine memiliki sifat metabolisme yang bermanfaat dan tidak mempengaruhi laju denyut jantung atau tekanan darah. Ranolazine saat ini disetujui di Amerika Serikat dan Eropa sebagai agen lini kedua dalam pengelolaan angina pectoris stabil kronis (CSAP).Tujuan studi adalah menguji efektivitas dan keamanan pemberian ranolazine pada pasien gagal jantung.
Penelusuran literatur dilakukan di 4 mesin pencari (Pubmed, EBSCO, ProQuest, and Scopus) pada 20 Oktober 2021. Studi intervensional yang meninjau membandingkan keamanan dan efektivitas Ranolazine pada pasien gagal jantung terhadap luaran klinis primer (kondisi hemodinamik) dan sekunder (efek samping, kejadian kardiovaskular, rehospitalisasi, kualitas hidup, dan mortalitas) diinklusi dalam penelitian. Penilaian eligibilitas studi, ekstraksi data, dan kualitas studi dilakukan secara independen oleh masing-masing penulis.
Telaah sistematis ini menginklusi 8 studi dengan desain studi intervensional randomized controlled trial, dengan risiko bias rendah hingga moderat. Kami menemukan tidak adanya perbedaan bermakna pada puncak O2 (p=0.09) dan durasi latihan (p=0.18). Kelompok ranolazine memiliki rerata LVEDV yang lebih tinggi signifikan sebesar 33.34 (IK 95%, 27.18–39.50). Nilai E/E’ ditemukan lebih rendah signifikan pada kelompok Ranolazine, dengan perbedaan rerata sebesar 0.45 (IK 95%, 27.18–39.50). Pada parameter hemodinamik (tekanand darah dan laju denyut jantung), elektrokardiografi (interval QT), dan efek samping, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok Ranolazine dan plasebo.
Meta-analisis ini berhasil menemukan bahwa ranolazine memiliki efektivitas yang baik dalam tatalaksana gagal jantung, terutama dalam mempertahankan atau memperbaiki fungsi diastolik jantung pasien. Sepanjang yang penulis ketahui, belum terdapat meta-analisis dengan desain studi dan pertanyaan penelitian yang sama dengan meta-analisis ini. Dengan demikian, nilai orisinalitas dan kebaharuan studi ini dirasa cukup baik. Parameter echocardiography, yang menjadi luaran utama dalam mengevaluasi fungsi diastolik pasien, juga menggunakan perhitungan fixed effect model, sebagaimana karakteristik pasiennya relatif homogen. Hal ini berujung pada minimalnya risiko bias akibat perbedaan karakteristik dasar (baseline) pasien dalam penelitian.
Ranolazine memiliki efektivitas yang baik dan bersifat aman ketika digunakan dalam penatalaksanaan gagal jantung. Efektivitas ini dinilai dari nilai LVEDV yang lebih tinggi dan E/E’ yang lebih rendah pada kelompok intervensi. Selain itu, ranolazine juga tidak memiliki efek pada penurunan tekanan darah, peningkatan laju denyut jantung, dan peningkatan kecepatan repolarisasi ventrikel (pemendekkan interval QT).
Penulis: Desak Ketut Sekar Cempaka Putri, Andrianto Andrianto, Makhyan Jibril A, Pandit Bagus Tri Saputra dan Ricardo Adrian Nugraha