Kehilangan gigi pada seseorang banyak ditemui di masyarakat. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain trauma kecelakaan, gigi yang berlubang besar hingga akhirnya dicabut, penyakit jaringan penyangga gigi (periodontal), serta penyakit sistemik. Penyakit sistemik yang seringkali dapat menyebabkan kegoyangan gigi yang parah hingga harus dilakukan pencabutan adalah diabetes mellitus.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi normal (hiperglikemia) dan diikuti oleh gejala-gejala yang terjadi di seluruh tubuh. Gejala diabetes mellitus antara lain sering lapar sehingga sering makan, sering minum, sering buang air kecil, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Diabetes mellitus dapat menyebabkan penderitanya mengalami komplikasi sistemik, karena keadaan kadar gula darah yang tinggi atau hiperglikemia dapat memengaruhi seluruh organ dan jaringan pada tubuh. Komplikasi ini juga dapat terjadi pada rongga mulut. Kemplikasi ini dapat menyebabkan atau memperparah penyakit keradangan pada jaringan periodontal, yang dikenal dengan periodontitis. Periodontitis yang parah dan tidak terkontrol dapat mengakibatkan gigi-gigi menjadi goyang sehingga harus dilakukan pencabutan. Kondisi tulang yang pernah terkena periodontitis dapat tetap memburuk walaupun gigi telah dicabut, terlebih pada pasien dengan diabetes mellitus, sehingga hal ini akan meningkatkan kesulitan saat pembuatan gigi tiruan terutama pada pemasangan implant gigi.
Gigi yang hilang sebaiknya dilakukan perawatan penggantian gigi dengan gigi tiruan, agar tidak mengganggu proses pengunyahan makanan. Gigi hilang yang tidak diganti dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup seseorang karena menimbulkan masalah pengunyahan dan asupan nutrisi, terutama pada pasien dengan penyakit sistemik yang membutuhkan asupan nutrisi secara optimal, termasuk pasien dengan diabetes mellitus. Penelitian menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus yang memiliki gigi hilang yang tidak diganti akan kesulitan dalam pemenuhan nutrisi bagi tubuhnya, sehingga kadar gula dalam daran sulit untuk dikontrol, sehingga disinilah peran gigi tiruan menjadi penting dalam menjaga kesehatan pasien secara keseluruhan.
Secara umum, gigi tiruan dibagi menjadi gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat. Gigi tiruan lepasan merupakan gigi tiruan yang dapat dilepas dan pasang sendiri oleh pasien, sedangkan gigi tiruan cekat akan direkatkan permanen sehingga hanya bisa dibongkar oleh dokter gigi atau apabila telah rusak. Salah satu jenis gigi tiruan yang berkembang pesat dan banyak dipilih oleh pasien saat ini adalah implant gigi, yang termasuk dalam kategori gigi tiruan cekat. Implant gigi banyak dijadikan pilihan perawatan untuk penggantian gigi karena memiliki kekuatan yang baik, memiliki estetik yang baik, serta dapat menjaga gigi-gigi lain yang masih ada.
Perawatan implant gigi dilakukan dengan metode bedah minor dimana implant yang berbahan titanium ditanam pada tulang rahang pasien, yang selanjutnya akan dilakukan pembuatan gigi tiruan atau mahkota gigi di atasnya. Implant gigi yang ditanam pada tulang rahang (alveolar) memerlukan kondisi tulang alveolar yang baik agar terjadi proses osseointegrasi atau integrasi antara implant dan tulang disekitarnya. Proses osseintegrasi yang baik dan sukses akan menghasilkan implant yang kuat dan dapat bertahan lama.
Proses osseointegrasi implant dan tulang alveolar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lokal dan sistemik. Faktor sistemik yang sering memengaruhi keberhasilan osseointegrasi adalah adanya penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus. Penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus dapat menurunkan osseointegrasi implant, yang dalam hal ini ditandai dengan bone implant contact. Kondisi ini mengakibatkan turunnya osseointegrasi dan meningkatkan risiko kegagalan implant.
Beberapa penelitian telah dilaksanakan dengan tujuan menemukan terapi untuk dapat mengontrol komplikasi yang disebabkan oleh diabetes mellitus, salah satunya dengan menggunakan stem cell. Stem cell merupakan suatu sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel di tubuh. Stem cell di tubuh dapat ditemukan di tali pusat bayi baru lahir serta sum-sum tulang. Stem cell yang berasal dari tali pusat bayi baru lahir saat ini banyak diteliti dan digunakan karena memiliki sifat multipotent, minimal imunogenicity, dan sumbernya relatif mudah didapatkan.
Penulis telah melakukan penelitian dengan fokus meneliti stem cell yang berasal dari tali pusat bayi baru lahir atau Human umbilical cord mesenchymal stem cells (HUCMSCs) untuk peningkatan perlekatan implant terhadap tulang rahang (osseointegrasi) pada kondisi penyakit diabetes mellitus. Pada penelitian tersebut digunakan hewan coba tikus yang memiliki diabetes mellitus, kemudian dilakukan penanaman implant pada tulangnya, dan dilakukan pula terapi pemberian HUCMSCs pada tulang hewan coba. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut sangat baik, dimana stem cell terbukti meningkatkan osseointegrasi pada kondisi diabetes mellitus. Hal tersebut dibuktikan dengan naiknya marker untuk penyembuhan tulang yaitu Runx-2, osteoblas, osterix, serta bone implant contact (BIC). Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat untuk penelitian selanjutnya serta pengembangan HUCMSCs untuk penatalaksanaan dental implant pada pasien dengan faktor penyulit diabetes mellitus agar dapat memperoleh hasil perawatan yang optimal.
Penulis : Dr. Mefina Kuntjoro, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)
Correspondence author : Prof. Dr. Nike Hendrijantini, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)
Informasi detail dari peneltian dapat dilihat di :
https://www.scielo.br/j/jaos/a/4ZLXCpTdnkw87nd4GdjP5pG/?lang=en
Mefina Kuntjoro, Nike Hendrijantini, Erik Priyo Prasetyo, Ratri Maya Sitalaksmi, Bambang Agustono, Muhammad Dimas Aditya Ari, Guang Hong
Human umbilical cord mesenchymal 1 stem cells accelerate and increase 2 implant osseointegration in diabetic rats
http://dx.doi.org/10.1590/1678-7757-2022-0375