Universitas Airlangga Official Website

Wawasan Terkini tentang Penentu Sel Fibrosis Peritoneal pada Dialisis Peritoneal

IL by Mayo Clinic

Fibrosis peritoneal adalah proses final dari perubahan progresif membran peritoneum akibat inflamasi dan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Komplikasi ini mayoritas terjadi pada pasien dengan dialisis peritoneal, dimana tanda-tanda fibrosis sudah ditemukan pada 50-80% pasien bahkan pada tahun pertama atau kedua dialisis. Fibrosis peritoneal merupakan salah satu penyebab utama penghentian dialisis peritoneal, selain peritonitis dan komplikasi kardiovaskular. Dua fase fibrosis peritoneal dapat muncul sebagai komplikasi penggunaan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD): Pertama, simple peritoneal sclerosis (SPS), ditandai dengan penebalan peritoneum, kalsifikasi, inflamasi, angiogenesis dan dilatasi pembuluh darah dan limfatik tanpa adanya penyakit sistemik. Kedua, encapsulating peritoneal sclerosis (EPS), sindroma yang ditandai dengan hilangnya fungsi ultrafiltrasi, anoreksia, penurunan berat badan, diare, obstruksi usus, inflamasi, penebalan peritoneum, deposisi fibrin, sklerosis, kalsifikasi dan enkapsulasi. 

Angka kejadian EPS pada CAPD sangat bervariasi, dengan insidensi tertinggi yang pernah dilaporkan mencapai 19,4%, sedangkan studi yang lebih baru melaporkan angka kejadian yang lebih rendah berkisar antara 0,5% sampai dengan 4,4% (Jones, Roumeliotis and Bargman, 2019). Variabilitas yang tinggi pada angka kejadian ini dipengaruhi oleh perbedaan durasi penggunaan CAPD. Misalnya pada tahun pertama CAPD, insidensi EPS dilaporkan “hanya” sebesar 1,1%, namun angka ini meningkat menjadi 3,4% di tahun ketiga, 8,8% di tahun keempat, 9,4% di tahun kelima dan 22,2% di tahun ketujuh penggunaan dialisis peritoneal. Angka mortalitas akibat komplikasi ini juga cukup tinggi. Tingkat kematian di antara pasien CAPD dengan EPS telah dilaporkan berkisar antara 38-83%, tetapi dalam studi yang lebih baru, survival dapat bervariasi dari 6-48 bulan atau dari 26-56%. Angka mortalitas EPS ini juga terkait dengan lama pemakaian CAPD. Oleh karena besarnya dampak yang dapat ditimbulkan oleh fibrosis peritoneal pada CAPD, maka menjadi penting untuk memahami lebih dalam mengenai komplikasi ini. Akhirnya, manajemen fibrosis peritoneal saat ini dan masa depan akan dibahas, termasuk manfaat potensial dari obat penurun glukosa generasi baru untuk mencegah atau memperlambat perkembangan fibrosis peritoneal.

Penulis: Satriyo Dwi Suryantoro , Mochammad Thaha , Henry Sutanto, Sarah Firdausa

Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37445436/