Di akhir tahun 1990-an, Indonesia mengalami manfaat dari tingginya permintaan akan komoditas dan harga bahan baku global, yang membuat negara ini fokus pada sektor sumber daya alam. Namun, sekarang terdapat kebijakan baru yang bertujuan untuk memulihkan sektor manufaktur. Sebenarnya, sektor manufaktur masih menyediakan 13% lapangan kerja, berkontribusi seperempat dari output nasional, dan menyumbang sepertiga dari total ekspor. Meskipun kebijakan berubah selama dua dekade terakhir, belum berhasil mengatasi penurunan sektor manufaktur dalam Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada tahun 2018, pemerintah mengenalkan “Roadmap Making Indonesia 4.0,” yang bertujuan memberikan panduan terpadu bagi para pemangku kepentingan dalam menjalankan Revolusi Industri 4.0. Panduan ini berfokus pada lima subsektor dengan kontribusi output, ekspor, dan lapangan kerja terbesar. Kelima subsektor tersebut adalah makanan dan minuman, tekstil dan garmen, otomotif, elektronik, dan kimia. Pemerintah juga menambahkan dua sektor lain sebagai prioritas, yaitu farmasi dan alat medis. Meski begitu, ada pertanyaan apakah fokus pada tujuh subsektor prioritas ini akan mendorong peningkatan produktivitas dan ekspor. Beberapa studi menunjukkan bahwa tujuh subsektor ini tidak secara signifikan lebih unggul dalam efisiensi teknis maupun produktivitas faktor total dibandingkan dengan industri lain.
Perubahan dalam investasi, lingkungan bisnis, dan aturan persaingan di Indonesia selama dua dekade terakhir menciptakan medan permainan baru bagi perusahaan. Dalam lingkungan global yang semakin terhubung, ekspor, impor, dan investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI) menjadi fokus utama. Pada tahun 2019, Indonesia terlibat dalam lebih dari 25 perjanjian perdagangan bebas, menduduki peringkat 20 terbaik sebagai tujuan investasi, dan aktif dalam rantai nilai global. Meskipun ekspor Indonesia meningkat lebih dari tiga kali lipat selama dua dekade terakhir, negara ini menghadapi persaingan asing yang lebih kuat dalam sektor teknologi tinggi, yang sebelumnya menjadi keunggulannya. Sementara itu, daya saing menurun, sementara upah dan biaya energi naik cepat. Akses terhadap modal tetap menjadi tantangan utama.
Untuk menggali bagaimana perubahan terbaru dalam lingkungan bisnis dan persaingan di Indonesia dapat meningkatkan produktivitas dan ekspor, para peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, memeriksa tujuh subsektor prioritas dalam “Roadmap Making Indonesia 4.0.” Studi sebelumnya telah menguji hubungan antara ekspor dan produktivitas, serta FDI dan produktivitas, namun penelitian ini menganalisis keterkaitan antara ekspor, impor, dan FDI dalam efisiensi dan produktivitas faktor total di konteks Indonesia.
Dibawah bimbingan Dr. Miguel Esquivias, dosen FEB, UNAIR, penelitian ini mengestimasi efisiensi teknis dan tiga komponen produktivitas faktor total (perubahan efisiensi teknis, kemajuan teknologi, dan efek skala) untuk 18.000 perusahaan manufaktur dari tahun 2010 hingga 2014. Analisis menggunakan Analisis Frontier Stokastik untuk mengestimasi efisiensi teknis dan fungsi produksi. Tim peneliti juga menyelidiki sumber pertumbuhan produktivitas di sektor manufaktur di Indonesia.
Melalui analisis regresi data panel, penelitian mengeksplorasi apakah ukuran perusahaan, kepemilikan asing, konsentrasi pasar, kinerja ekspor, dan penetrasi impor mempengaruhi pertumbuhan TFP di perusahaan. Keberadaan perusahaan asing diteliti untuk memahami dampaknya pada sektor domestik (horizontal spillovers). Penelitian ini juga mempertimbangkan perbedaan perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar dan bagaimana mereka menangani liberalisasi perdagangan dan investasi.
Penelitian juga mengklasifikasikan perusahaan industri menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat intensitas teknologi: rendah, menengah, dan menengah-tinggi. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti penting tentang bagaimana liberalisasi perdagangan (melalui ekspor dan impor), peningkatan FDI, dan persaingan pasar mempengaruhi kinerja produktivitas perusahaan manufaktur di Indonesia.
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan pencerahan tentang upaya Indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan ekspor dalam sektor manufaktur. Temuan ini menyoroti pentingnya ukuran perusahaan, konsentrasi pasar, dan investasi asing, sambil juga menunjukkan perlunya mengatasi tantangan seperti persaingan, ketergantungan impor, dan akses modal. Dengan memahami faktor-faktor ini, Indonesia dapat lebih baik merumuskan kebijakan dan strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memperkuat posisinya di pasar global.
Penulis: Dr Miguel Angel Esquivias