Estetika dalam kedokteran gigi bertujuan untuk menciptakan kecantikan, wajah menarik, dan kepuasan terhadap hasil perawatan pasien. Keinginan akan penampilan yang memuaskan secara estetika semakin meningkat di masyarakat saat ini. Akibatnya, banyak pasien gigi sekarang mencari perawatan dengan perhatian utama untuk peningkatan estetik kondisi mulut mereka, dan terutama senyum mereka. Penampilan fisik sangat mempengaruhi penerimaan lingkungan, kesejahteraan psikologis, dan kepercayaan diri setiap individu. Tujuan dari makeover estetik adalah untuk mengembangkan sistem pengunyahan yang stabil, gigi, jaringan, struktur kerangka, otot, dan persendian semuanya berfungsi secara harmonis.
Tersenyum, berbicara, dan ekspresi wajah merupakan bagian dari estetika wajah. Ada saling korelasi antara senyum yang menarik dengan wajah yang menarik. Ketika orang berbicara, mulut menjadi perhatian utama. Ekspresi wajah dan penampilan sangat bergantung pada senyuman. Senyum merupakan komunikasi non-verbal dalam mengekspresikan perasaan dan emosi. Banyak orang mencari perawatan ortodonti karena ingin mendapatkan senyum yang menawan. Pepatah populer bahwa: “Senyum adalah kartu bisnis kita” patut diapresiasi karena ada bukti ilmiah bahwa senyuman adalah hal terpenting dalam estetika dentofacial.
Bentuk wajah, kondisi gigi, dan jaringan sekitarnya sangat mempengaruhi estetika senyum bahkan estetika wajah secara keseluruhan. Dalam mendesain senyuman estetik, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan sebagai orientasi yaitu: garis bibir, lengkung senyum, koridor bukal, bidang oklusal depan, kelengkungan bibir atas, senyum. Asimetri, komponen gigi, dan komponen gingiva. Tampilan senyuman seseorang sangatlah penting sehingga hasil perawatan dengan oklusi yang sangat baik akan terlihat kurang memuaskan bila disertai dengan senyuman yang kurang menarik. Beberapa terminologi yang digunakan untuk menggambarkan pola wajah adalah Dolichofacial, mesofacial, atau brachyfacial. Wajah manusia dapat dikenali dari ciri-cirinya yang terdiri dari mata, hidung, dan bibir. Pada penelitian sebelumnya, pengenalan wajah juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ras, jenis kelamin, dan usia.
Garis bibir adalah jumlah gigi yang terlihat secara vertikal saat tersenyum, dengan kata lain tinggi bibir atas hingga gigi seri tengah rahang atas. Sebagai aturan umum, garis bibir yang optimal ketika bibir atas mencapai margin gingiva, menunjukkan gigi insisivus sentral maksila secara keseluruhan secara insisivus dengan gingiva interproksimal minimal. Dalam Ortodontik, garis bibir diklasifikasikan menjadi tiga kategori: tinggi, sedang, dan rendah. Garis bibir tinggi, menunjukkan 75%-100% gigi anterior rahang atas atau seluruh mahkota klinis dengan jaringan gingiva yang berdekatan. Garis bibir sedang, menunjukkan gingiva 1-3 mm dari titik paling apikal dari margin gingiva bebas ke batas inferior bibir atas; sedangkan garis bibir bawah menunjukkan kurang dari 75% gigi anterior rahang atas.
Smile arc adalah penjajaran kurva insisivus anterior rahang atas atau hubungan antara garis imajiner yang dibentuk oleh ujung insisal gigi anterior rahang atas dengan kontur bagian dalam bibir bawah saat tersenyum. Lengkungan senyum “konsonan” ketika lekukan insisal gigi anterior rahang atas menyentuh atau sejajar dengan bibir bawah saat tersenyum sehingga memperlihatkan senyum muda. Dianggap “nonkonsonan” ketika tepi insisal rahang atas rata atau terbalik relatif terhadap kelengkungan bibir bawah. Simetri senyuman adalah posisi relatif sudut mulut pada bidang vertikal, yang dapat dinilai dengan menyelaraskan garis komersial dan garis papila. Senyum estetik biasanya menunjukkan kesimetrisan, dan proporsi antara gigi, gingiva, dan bibir. Posisi sudut mulut atau komisura bibir juga mempengaruhi kesimetrisan senyuman. Garis tengah wajah harus sama dengan garis tengah gigi insisivus maksila, mandibula, dan sentral, atau setidaknya garis girdle ini harus sejajar. Perbedaan kecil mulai dari 1,5 hingga 2 mm masih bisa diterima, asalkan memberikan kesan natural pada gigi.
Jumlah penduduk Indonesia mencapai kurang lebih 260 juta jiwa yang terdiri dari 360 suku. Mereka mendiami pulau tersebut dan memiliki adat dan budaya sendiri. Setiap suku memiliki ciri khas tersendiri pada suku tertentu, sehingga tidak bisa dijadikan patokan bagi suku lainnya. Suku Minang dan Mentawai yang tinggal di Sumatera Barat kebanyakan memiliki tipe mesofacial dan brachyfacial. Tipe mesofasial biasanya dimiliki oleh orang Jawa (Deutro-Melayu) dan Naulu/Maluku (Proto-Melayu). Suku Makassar, Bugis, dan Toraja adalah tiga suku yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan. Makassar adalah suku terbesar yang berada di Sulawesi Selatan. Diperkirakan penduduk Makassar ± 2 juta jiwa. Berdasarkan uraian di atas kemudian timbul suatu permasalahan yang membuat peneliti tertarik untuk menilai ketiga komponen senyum (garis bibir, lengkung senyum, dan simetri senyum) pada berbagai bentuk wajah populasi dewasa muda di Makassar.
Persentase tipe wajah dewasa muda Makassar tertinggi adalah mesofacial, diikuti dolichofacial dan kemudian brachyfacial. Persentase posisi garis bibir tertinggi dari ketiga tipe wajah adalah medium, diikuti garis bibir rendah dan tinggi. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lengkung senyum. Ada hubungan antara jenis kelamin dan simetri senyum.
Penulis: I Gusti Aju Wahju Ardani
Link: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2023/03/37-D22_2046_Susilowati_Mudjari_Indonesia.pdf