UNAIR NEWS – Airlangga Health Promotion Center (AHPC) baru saja menggelar Youth Forum Healthy Lifestyle pada Kamis (14/9/2023). Acara itu merupakan hasil kolaborasi AHPC bersama Research Group Tobacco Control Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) dan Tobacco Control Support Center IAKMI Jawa Timur.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) cabang Surabaya Dr Arief Hargono drg MKes hadir sebagai salah satu pembicara. Dalam kesempatan itu, ia menekankan risiko-risiko yang berpotensi besar menjangkit penggunanya, khususnya generasi muda.
Sayangnya, banyak persepsi yang salah beredar luas di masyarakat. Banyak masyarakat yang salah kaprah dan menganggap rokok elektrik jauh lebih aman daripada rokok konvensional yang sudah masyarakat gunakan selama ini.
“Beredar informasi kalau pakai rokok elektrik tidak berbahaya, dampak ringan, dan pengganti rokok yang aman. Padahal, WHO menyatakan sebaliknya,” ungkap Arief.
Ia menyebut jika WHO secara langsung menegaskan bahwa rokok konvensional, rokok elektrik, dan produk tembakau lainnya memiliki efek yang sama. Rokok, apa pun bentuknya, menjadi salah satu faktor utama yang menjadikan penggunanya berpotensi untuk terjangkit Penyakit Tidak Menular (PTM).
Masyarakat Menengah ke Bawah Mendominasi
Dari sejumlah kalangan, menyampaikan jika masyarakat \ekonomi menengah ke bawah justru berperan data sebagai pengguna rokok yang mendominasi. Bahkan, data tersebut turut membuka fakta yang mengungkap sejumlah besar penghasilan mereka gunakan untuk membeli rokok daripada makanan pemenuh gizinya.
“Pada kelompok menengah ke bawah justru lebih banyak keluar uang untuk rokok. Uang yang mereka punya, anggarannya sebagian besar untuk beras. Sayangnya, setelah beras untuk belanja rokok,” kata Arief.
Dengan demikian, banyak masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah tidak mendapatkan cukup gizi karena pendapatannya tergerus untuk rokok. Fakta itu, sambung Arief, semakin memperparah kondisi Indonesia dengan penyintas stunting yang masih banyak pada masyarakat tersebut.
“Salah satu masalah yang besar di Indonesia adala stunting. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan merokok,” jelasnya.
Menyasar Generasi Muda
Kini, banyak generasi muda yang belum dalam usia legal untuk merokok sudah pernah atau bahkan kecanduan merokok. Berdasarkan data yang Arief dapatkan, tiga dari empat konsumen rokok mulai merokok di usia sebelum 20 tahun dan konsumen usia remaja terus meningkat setiap tahunnya.
“Jumlah perokok usia remaja cenderung meningkat. Jika terus terjadi, tahun 2024 akan ada 15 persen perokok remaja dan jika terabaikan akan mencapai angka 16 persen pada tahun 2030,” ujarnya.
Banyak remaja yang terhanyut akibat adanya promosi rokok dan menganggap perokok adalah sosok yang mereka anggap keren. Selain itu, influenser yang secara terang-terangan merokok saat melakukan siaran juga menjadi kiblat mereka untuk ikut merokok.
“Tidak lepas dari promosi yang mereka lalakukan, media sosial, dan para influenser yang secara terang-terangan menggunakan rokok,” tutupnya. (*)
Penulis : Muhammad Badrul Anwar
Editor: Nuri Hermawan
Baca Juga: AHPC Gelar Seminar Hidup Sehat Guna Menjaga Kesehatan