Universitas Airlangga Official Website

Menagih Kompensasi Partai Politik

Kalau Anda pergi ke sebuah restoran berinterior mewah, apa yang Anda lakukan? Jawabannya tergantung bagaimana keadaan Anda.

Bagi yang datang dengan setelan jas necis, ia akan bertanya tentang menu favorit di resto itu. Tapi bagi golongan kaos oblong, mereka akan bertanya tentang menu termurah.

Padahal saya meyakini, kalaupun boleh memilih, si kaos oblong inginnya pasti menu terenak dan termahal. Tetapi apa boleh buat, kantong tidak pernah bohong, kan? Sekali lagi, pilihan itu bukan hanya masalah kehendak, tapi juga keadaan.

Pilihan itu hasil dari proses berpikir panjang. Ada banyak variabel luar yang mempengaruhi setiap keputusan, tidak terkecuali pilihan politik.

Ada yang memilih karena visi-misi yang ditawarkan si calon memang bagus. Atau ada juga yang memilih karena ide dan gagasan yang ciamik. Namun tidak sedikit yang memilih karena kata hati yang mengarahkan.

Mereka tidak peduli seberapa bagus program yang ditawarkan. Selama si calon saban hari muncul di acara dangdut televisi, rasanya sudah cukup menjadi alasan untuk memilihnya.

Bagi sebagian orang, yang penting punya wajah tampan. Bagi mereka, itu alasan tertinggi dalam memilih daripada komitmen yang ditawarkan.

Tentu saja itu tidak menggambarkan semua orang. Tapi seberapa banyak orang yang memilih di kotak suara lima tahunan itu secara rasional?

Mencari Pemilih Rasional

Anggaplah kita mungkin salah satu diantara pemilih rasional itu. Tapi bagaimana dengan mereka yang tinggal di seberang lembah tanpa akses informasi yang cukup? Adalah sulit memastikan mereka akan memilih dengan rasionalisasi yang baik.

Saya percaya, pemimpin itu adalah gambaran rakyatnya. Apalagi di negara demokrasi. Ingat dengan kata-kata ini? Dari Rakyat dan Untuk Rakyat. Itu slogan bijak demokrasi, kan?

Mudah saja untuk diartikan. Karena pemimpin itu dari rakyat, maka jika pemimpin itu bodoh, rakyatnya pun begitu.

Lalu apakah artinya rakyat yang salah? Sehingga sistem bernegara tampaknya belum ideal. Kalau lah benar rakyat yang salah, kasihan sekali mereka. Sudah salah, disalahkan, terpuruk pula. Jika bukan mereka, lalu siapa?

Izinkan saya katakan kalau yang salah adalah partai politik

Tawarkanlah Menu yang Terbaik

Mari kembali ke sebuah restoran. Jika Anda adalah pemilik restoran itu, apa yang akan dilakukan? Pastinya memberikan hidangan yang terbaik, bukan? Apalagi restoran Anda adalah tempat berkaliber internasional.

Anda akan memastikan menu yang ditawarkan adalah menu terbaik dan seluruhnya pasti enak. Kalau pun tidak enak, bukan salah Anda, memang pelanggannya saja yang tidak cocok.

Jadi, walaupun pelanggan tidak cocok dengan rasanya. Tapi Anda memastikan menu apapun yang disajikan pasti bersih, higienis, dan bergizi bagi tubuh.

Mari masukkan analogi ini dalam pemilu. Sederhana saja, Anda hanya akan memilih calon sesuai dengan yang tersedia di kertas suara saja kan? Bahkan jika kerabatmu adalah orang baik baik seluruh dunia sekalipun, Anda tetap tidak bisa memilihnya karena tidak tersedia di kertas suara.

Lalu siapa yang menyajikan ‘menu’ daftar calon di kertas suara itu? Jawabannya, ya Parpol. Coba lihat Peraturan KPU No 20 Tahun 2018, “Setiap Partai Politik dapat mengajukan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota..”

Jika anggota DPR sering mangkir rapat dan tidur, atau menonton video porno dengan asik, siapa yang salah? Ya jelas Parpol. Sudah tau itu ‘menu’ tidak berkualitas, mengapa harus disodorkan pada rakyat untuk dipilih?

Mari lihat hari ini. Partai politik pragmatis sekali. Mereka menggaet artis-artis yang nir track record baik. Mereka tak peduli ‘menu’ artis ini baik atau tidak, yang penting ditampilkan bagus saja agar terpilih.

Padahal, Partai Politik seharusnya menjadi tempat kaderisasi awal sebelum diajukan ke Masyarakat. Parpol harusnya dapat memilih calon terbaik untuk bangsa ini.

“Setiap Partai Politik melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART, dan/atau peraturan internal masing-masing Partai Politik…”

Penulis: Afrizal Naufal Ghani (Kepala Departemen Kastrat BEM FEB UNAIR 2023)