Universitas Airlangga Official Website

Lirik Lagu sebagai Sumber Sejarah Orang Miskin Perkotaan

Sejarah merupakan salah satu ilmu yang relatif longgar dalam hal penggunaan sumber. Dalam artian, apapun jenis sumbernya asal mengacu pada konteks peristiwa yang sedang diteliti maka bisa digunakan untuk menyusun narasi yang diinginkan. Penggunaan sumber sejarah oleh sejarawan untuk menyusun narasi sejarah (historiografi) mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Hal tersebut mengikuti aktivitas manusia yang meninggalkan jejak atau bukti yang bisa dijadikan sumber sejarah. Jejak atau bukti peristiwa (evidence) dalam metode sejarah dikategorikan sebagai sumber primer, yaitu sumber pertama yang mengacu pada peristiwa sehingga bobotnya sangat kuat sebagai sumber sejarah.

Sampai tahun 1990an penelitian sejarah di Indonesia lebih banyak mengandalkan sumber-sumber tertulis yang sebagian besar bersifat resmi dan dikategorikan sebaga sumber primer. Artinya, sumber-sumber sejarah yang dipakai untuk menyusun narasi sejarah berasal dari bukti peristiwa secara langsung berupa dokumen tertulis. Sejarawan terkemuka Indonesia, Sartono Kartodirdjo, dalam sebuah tulisannya menekankan bahwa kredibilitas penelitian sejarah sangat ditentukan oleh data-data verbal, seperti surat-surat, catatan harian, kenangan-kenangan (memoirs), laporan-laporan, dan sebagainya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan sumber sejarah yang lebih luas, seperti monumen, artefak, foto, juga dipakai sebagai dasar untuk menulis narasi sejarah. Sumber-sumber alternatif juga bisa digunakan untuk sumber sejarah.

Penggunaan sumber-sumber alternatif relatif bisa diterima oleh kalangan sejarawan, terutama di perguruan tinggi. Memahami dan menarasikan masa lalu tidak tergantung pada sumber tertulis saja, karena ternyata sumber alternatif lain juga banyak. Saat ini kajian sejarah di Indonesia terkesan lebih bebas, lebih santai, dan narasi yang ditulis juga lebih populer. Sarah Barber (dkk) dalam bukunya History Beyond The Text menyodorkan banyak sumber alternatif untuk menyusun narasi sejarah. Salah satu sumber alternatif tersebut adalah karya seni. Beberapa karya seni yang diusulkan oleh Barber dkk antara lain: seni murni, kartun, dan musik. Penggunaan seni sebagai sumber sejarah tentu saja memerlukan interpretasi dengan bantuan sumber yang lain dengan metode silang.

Penggunaan sumber-sumber sejarah alternatif telah memperluas cara pandang sejarawan terhadap masa lalu. Sejarah tidak lagu hanya dilihat dalam perspektif yang sangat resmi dan bersifat naratif melalui cara oandang yang sangat formal. Melalui sumber sejarah alternatif sejarawan bisa melihat peranan orang-orang pinggiran yang tidak mungkin tercatat dalam arsip-arsip pemerintah. Sejarah sehari-hari bisa dinarasikan dengan baik melalui bantuan sumber-sumber foto, sebagaimana studi yang dilakukan oleh sejarawan Australia, Jean Gelman Taylor, mengenai sejarah Aceh.

Salah satu karya seni yang cukup mudah dijadikan sumber sejarah adalah lagu. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah lirik atau teks lagu. Yang dimaksud dengan lirik lagu adalah susunan/rangkaian kata yang kemudian diberi nada untuk bisa dinyanyikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang disebut lagu adalah ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya). Lirik lagu biasanya terkait erat dengan suasana batin dan imajinasi si pencipta saat menciptakan lagu tersebut. Dengan demikian, penciptaan lagu beserta liriknya pasti terkait erat dengan berbagai hal yang dirasakan dan/atau dilihat oleh penciptanya. Aspek itulah yang menjadi alasan mengapa lirik lagu bisa dijadikan sebagai sumber sejarah.

Di Indonesia banyak lagu yang liriknya mengandung informasi sejarah. Lagu yang memiliki karakteristik semacam itu adalah lagu balada. Lirik lagu balada pada umumnya mengacu pada cerita yang sesungguhnya, yang bisa merupakan kisah nyata si penulis lagu atau berbagai peristiwa nyata lain. Beberapa pencipta dan penyanyi lagi balada di Indonesia antara lain: Iwan Fals, Ebiet G. Ade, Benyamin Sueb, Rhoma Irama, dan lain-lain.

Rakyat Miskin Perkotaan dalam Lagu

Salah satu tema yang dinyanyikan oleh penyanyi balada adalah tema kemiskinan di perkotaan. Lagu Tukang Becak yang dinyanyikan oleh Benyamin Sueb adalah contoh lagu yang liriknya secara jelas menggambarkan realitas pendatang di perkotaan yang terjebak kemiskinan, sehingga harus menerima nasib sebagai tukang becak. Lagu yang memiliki tema sama dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade yang berjudul Opera Tukang Becak. Lirik lagi ini menceritakan nasib tukang di Jakarta pada tahun 1980-an ketika pemerintah melarang becak melintas di jalanan kota Jakarta.

Melalui lagu tersebut sejarawan bisa menempatkan tukang becak pada konteks ruang dan waktu tertentu. Kejadiannya tentu di Kota Jakarta karena Ebiet sejak berkarir sebagai penyanyi memang tinggal di Jakarta. Waktunya, mengacu pada saat lagu tersebut diciptakan yaitu tahun 1980-an. Saat itu operasi becak di Kota Jakarta sedang sangat tinggi, bahkan Pangkobkamtib Laksamana Soedomo saat itu ikut turun tangan membereskan persoalan becak di ibukota. Tukang becak terlunta-lunta karena di mana-mana ditangkapi dan becaknya dimasukan ke laut di Teluk Jakarta.

Lirik lagu tersebut secara jelas bahkan menggambarkan fisik seorang tukang becak yang kurus dengan langkah terhuyung, menggambarkan seorang miskin yang kekurangan asupan makanan. Operasi becak yang dilakukan secara terus-menerus sejak Gubernur Ali Sadikin sampai Gubernur Wiyogo Atmodarminto membuat ribuan tukang becak kehilangan pekerjaannya. Hal tersebut diakui oleh Ali Sadikin dalam memoarnya. Ia membersihkan Jakarta dari becak karena kendaraan yang menggunakan tenaga manusia tersebut dianggap membuat kondisi Kota Jakarta semrawut tidak karuan. Realitas kehidupan orang miskin di perkotaan juga tertera dalam lirik lagu yang diciptakan oleh Rhoma Irama yang berjudul Gelandangan. Lagu yang ditulis  dan dinyanyikan oleh Rhoma Irama bisa menjadi salah satu sumber untuk menarasikan sejarah gelandangan di Indonesia, terutama untuk memahami penderitaan mereka. Melalui penelusuran lirik lagu balada di Indonesia, kita bisa menemukan lagu-lagu yang mengandung informasi sejarah yang cukup lengkap. Hal tersebut menunjukkan bahwa lirik lagu tertentu ternyata bukan sekedar imajinasi dari si pencipta, tetapi ternyata mengacu pada realitas yang pernah ia rasakan atau ia lihat. Penggunaan lirik lagu untuk sumber sejarah akan memperkaya narasi sejarah yang ditulis oleh sejarawan.

Penulis: Purnawan Basundoro, Nadya Afdholi