Universitas Airlangga Official Website

Cerita Pengalaman Dokter Hewan FIKKIA UNAIR Jadi Juri Kambing Kontes Nasional

Amung Logam Saputro drh MSi (Tengah ) Dalam Proses Penjurian Kambing Kontes (Sumber: Pribadi)
Amung Logam Saputro drh MSi (Tengah ) Dalam Proses Penjurian Kambing Kontes (Sumber: Pribadi)

UNAIR NEWS – Tak banyak disangka, dosen Program Studi S1 Kedokteran Hewan Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi menjadi salah satu juri utama kontes kambing skala nasional. Sosok tersebut adalah Amung Logam Saputro drh MSi. Baginya menjadi juri kambing kontes merupakan tantangan dan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan semaksimal mungkin. Dikarenakan hasil penilaian kejuaraan kontes kambing salah satunya akan sangat berpengaruh pada kualitas ternak pasca penjurian kontes yang dilaksanakan.

Antara 2017 hingga 2018, drh Amung telah terjun menjadi juri kambing kontes dengan melalui mekanisme seleksi dan diklat. Proses seleksi bertujuan mencari tim juri yang berkualitas dan berintegritas. Tim juri harus teliti dan detail dalam aspek memilih peserta kontes serta memiliki integritas moral yang baik. Calon juri harus melewati proses diklat yang didalamnya terdapat pemberian materi dan beberapa ujian. Ujian dalam diklat berkaitan dengan pendalaman materi, praktik, psikotes, dan wawancara. Hasil ujian tersebut menentukan kualifikasi juri. Mulai dari juri magang, juri pemula, juri madya, dan juri utama. Kualifikasi tersebut sebagai penentu posisi tugas tim juri dalam pelaksanaan kontes. Juri dapat bertugas dalam kontes skala lokal, regional, open, ataupun nasional atau hanya dalam kegiatan latihan bersama.

“Menjadi juri harus menjunjung tinggi asas fairplay dan netralitas. Tim juri harus berintegritas dan solid dalam tim. Mereka harus mengetahui kriteria yang dinilai, performance serta kesehatan kambing,” ujarnya.

Alasan Berkecimpung dalam Kambing Kontes

Kambing merupakan hobi dan passion bagi dosen klinik veteriner FIKKIA itu. Di Indonesia sendiri memiliki berbagai jenis kambing. Tapi, kambing peranakan etawa (PE) memiliki daya tarik tersendiri. Secara umum, kambing PE memiliki potensi dual purpose yakni sebagai penghasil daging dan susu. Namun terlepas dari itu, menurut drh Amung kambing PE memiliki daya tarik tersendiri dalam aspek seni yang dapat dirasakan bagi penikmat maupun pecinta kambing seni. Untuk itu, peran tim juri memiliki tanggung jawab yang relatif cukup besar karena amanah tersebut. Hasil pemenang kontes kambing diharapkan dapat meningkatkan kualitas breeding ternak selanjutnya.

“Kata salah satu peternak, sebisa mungkin nanti kita harus nyetak kambing seperti yang dipilih oleh tim juri. Harapan kami juri harus fairplay menjunjung tinggi netralitas dan objektivitas. Sehingga dihasilkan kambing juara yang memang layak juara,” jelasnya.

Berkecimpung dalam dunia akademisi veteriner tak membatasi dirinya untuk berkarya lewat apresiasi seni kambing. Terlebih saat ini belum banyak dokter hewan masuk kedalam tim juri kontes ternak kambing tersebut. Dokter hewan memiliki posisi strategis sebagai penyeimbang dalam tim juri. Karena Kualitas ternak yang unggul dalam kontes akan lebih sempurna jika yang diamati tidak hanya dari segi seni keindahan saja. Namun, juga harus maksimal dalam aspek kesehatan, Body Condition Score (BCS), ataupun performance dalam arena kontes.

“Dokter hewan dapat memastikan nantinya bahwa kambing tersebut nilai seninya dapat, kondisinya sehat, dan performancenya baik. Bagi saya pribadi berharap harus ada regenerasi insan veteriner yang juga berkecimpung pada kambing seni. Sehingga akan sangat membantu dalam proses penilaian dan menentukan kambing yang juara memang layak untuk juara,” tutupnya.

Penulis: Azhar Burhanuddin

Editor: Feri Fenoria

Baca juga:

FIKKIA UNAIR Segera Buka 2 Prodi Bergengsi

FIKKIA Resmi Tunjuk FKH UNAIR sebagai Pembina PPDH di Banyuwangi