Universitas Airlangga Official Website

Efisiensi Pakan pada Ikan Gurame Sistem Bioflok dengan Kepadatan Berbeda

ILUSTRASI ikan Gurame. (Foto: Istimewa)
ILUSTRASI ikan Gurame. (Foto: Istimewa)

Ikan gurame merupakan ikan air tawar yang memiliki permintaan dan nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan budidaya ikan gurame dalam rangka ketersediaan produksi ikan gurame. Namun dalam budidaya ika gurame terdapat kendala diantaranya ikan gurame memiliki pertumbuhan yang lambat dibandingkan ikan konsumsi yang lain. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya upaya intensifikasi agar produksi ikan gurame meningkat.

Intensifikasi dalam budidaya dapat dilakukan melalui peningkatan padat tebar. Namun meningkatnya padat tebar ikan maka akan meningkatkan penggunaan pakan buatan. Intensifikasi juga dapat berpotensi mengurangi kualitas air jika tidak dikelola dengan baik. Turunnya kualitas air dapat disebabkan oleh tingginya bahan organik yang dapat berasal dari sisa metabolism ikan maupun sisa pakan.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rngka mengurangi bahan organik di perairan budidaya adalah sistem bioflok. Penggunaan sistem dan teknologi bioflok ini dapat mengurangi tingkat stres dan kematian ikan akibat memburuknya kualitas air karena tingginya kepadatan. Pengendalian nitrogen anorganik dalam budidaya dapat dilakukan dengan memanipulasi rasio karbon dan nitrogen (C/N).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi et al. (2023), dilakukan beberapa perlakuan budidaya gurame dengan sistem bioflok diantaranya K1: Kepadatan 100 ekor/perlakuan tanpa sistem bioflok, K2: kepadatan 150 ekor/perlakuan tanpa sistem bioflok, P1: Kepadatan 100 ekor/perlakuan dengan sistem bioflok dan P2: kepadatan 150 ekor/perlakuan dengan sistem bioflok.

Sementara itu, jumlah ulangan dari penelitian ini adalah 3 kali ulangan. Ukuran kolam yang digunakan yaitu kolam terpal dengan diameter 2 meter dan tinggi air 60 cm. Pada penelitian ini digunakan probiotik dengan menggunakan 3 jenis bakteri (Bacillus subtilis, Bacillus lincheniformis, and Bacillus fumillus) dengan target rasio C/N  12. Paramater utama yang diamati yaitu rasio konversi pakan dan efisiensi pemanfaatan pakan.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa perlakuan budidaya gurame dengan kepadatan berbeda dengan sistem bioflok memiliki nilai rasio konversi pakan (FCR) yang lebih rendah dibandingkan kontrol, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. P1 memiliki FCR 1,28 dan P2 1,17. Hal ini berbeda dengan perlakuan kontrol dimana perlakuan K1 1,99 dan K2 2,11. Nilai FCR yang semakin rendah menyatakan bahwa penggunaan pakan lebih efisien dalam meningkatkan biomassa gurame. Parameter lainnya yang diukur adalah efisiensi pemanfaatan pakan.

Perlakuan sistem bioflok juga memberikan nilai efisiensi pakan yang lebih tinggi dengan P1 dan P2 masing-masing sebesar 79% dan 85%. Berbeda dengan kontrol K1 dan K2 yang memiliki nilai efisiensi pakan 58% dan 52%. Secara umum perlakuan P2 (kepadatan 150 ekor/perlakuan dengan siostem bioflok) dalam penelitian ini memberikan hasil terbaik.

Adanya bakteri yang diapliksikan pada media bioflok meningkatkan proses pencernaan ikan sehingga pakan lebih banyak yang diserap oleh tubuh. Selain itu flok yang terbentuk pada media bioflok dapat digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat meningkatkan biomassa gurame. Permasalahan bahan organik yang berasal dari tingginya kepadatan ikan juga dapat diminimalisir karena bahan organik tersebut dirubah menjadi biomassa flok yang dapat dimanfaatkan.

Penulis: Nina Nurmalia Dewi

Sumber: Feed conversion ratio and feed efficiency of giant gouramy (Osphronemus goramy) seed with different densities on biofloc media. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1273 (2023) 012082.