Universitas Airlangga Official Website

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kedokteran Gigi Terkait Xerostomia dan Angular Cheilitis

Sumber: halodoc
ilustrasi dokter gigi (sumber: halodoc)

Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 270,2 juta jiwa, dengan persentase lansia meningkat dua kali lipat dalam lima dekade terakhir hingga mencapai 9,92% atau 26,82 juta jiwa pada tahun 2020. Proses penuaan dapat secara alami menimbulkan penurunan fungsi tubuh yang berdampak pada peningkatan kerentanan timbulnya penyakit, seperti penyakit degeneratif maupun infeksius. Rongga mulut merupakan salah satu organ tubuh yang seringkali terdampak akibat proses patologis ini. Berbagai studi telah melaporkan bahwa lansia memiliki kerentanan untuk mengalami penyakit periodontal, kehilangan gigi, infeksi jamur, dan penurunan fungsi kelenjar air liur. 

Sebagai generasi professional kesehatan mulut masa depan, mahasiswa kedokteran gigi diwajibkan untuk memiliki kompetensi yang mumpuni dalam penanganan penyakit-penyakit mulut yang kerap terjadi pada populasi lansia. Pada studi oleh Mahdani et al. (2023) dilakukan analisis pengetahuan mahasiswa kedokteran gigi pada penatalaksanaan dua kasus yang cukup sering ditemui pada lansia, yaitu xerostomia dan angular cheilitis yang terjadi di populasi lansia. Studi ini melaporkan bahwa mayoritas mahasiswa kedokteran gigi tingkat klinis (58.4%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik pada aspek penatalaksanaan angular cheilitis. Namun, hanya sedikit dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik pada penatalaksanaan kasus xerostomia (3,9%). Kondisi ini mengindikasikan urgensi diperlukannya usaha peningkatan pengetahuan lebih lanjut pada mahasiswa kedokteran gigi klinis. 

Akan tetapi, Penelitian ini memiliki keterbatasan tertentu yang harus dipertimbangkan. Pertama, data yang ada hanya mengandalkan informasi yang dilaporkan sendiri, sehingga menimbulkan potensi bias dan harus diinterpretasikan secara hati-hati. Lebih lanjut, penting untuk dicatat bahwa jumlah survei yang diselesaikan hanya mewakili satu sekolah kedokteran gigi dari 32 sekolah kedokteran gigi di Indonesia. Oleh karena itu, generalisasi temuan penelitian ini perlu diverifikasi. Terlepas dari keterbatasan ini, penelitian berbasis survei ini memiliki arti penting sebagai salah satu penelitian pertama di Indonesia yang menjelaskan tingkat pengetahuan di kalangan mahasiswa kedokteran gigi klinis mengenai lesi mulut yang umum pada pasien lansia, Selain itu, penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa tersebut. Namun, untuk mendapatkan model yang lebih representatif dan mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan perolehan pengetahuan tentang lesi mulut umum pada pasien lansia, diperlukan desain penelitian yang lebih kuat.

Selain itu, penting untuk menggarisbawahi pentingnya melakukan studi lanjutan pada skala nasional, yang mencakup semua institusi kedokteran gigi di Indonesia. Penelitian ini harus menggali sikap, kesiapan, dan kemauan mahasiswa kedokteran gigi klinis dalam menangani kasus yang berkaitan dengan penyakit mulut pada lansia. Selain itu, memanfaatkan hasil penelitian ini untuk tujuan advokasi dengan pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan kurikulum kedokteran gigi merupakan langkah penting menuju penerapan modul kedokteran gigi pada lansia dalam sistem pendidikan kedokteran gigi di Indonesia. Upaya terpadu ini akan terbukti berperan penting dalam membentuk modul perawatan gigi khusus yang komprehensif dengan fokus khusus pada penyakit mulut pada lansia. Melalui inisiatif ini, diharapkan dapat untuk meningkatkan standar pelayanan yang diberikan kepada pasien lansia, yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

Penulis: Fatma Yasmin Mahdani, drg., M.Kes.