Universitas Airlangga Official Website

Indonesia Masa Depan: Berhadapan dengan Trias Epidemi

Tidak disangka sangka ternyata dari perkembangan kependudukan Indonesia menunjukkan kecenderungan sebagai negara maju. Tetapi waspadalah berbagai kecenderungan tersebut dapat menjadi umpan balik yang merugikan kalau tidak diambil langkah langkah berarti mulai saat ini

Dibalik masih adanya kasus stunting, kemiskinan termasuk kemiskinan ekstrem, serta kekurangan nutrisi mineral mikro yang belum tuntas kita selesaikan. ternyata diam diam menyembul ke permukaan masalah baru yang cukup mengkhawatirkan  yaitu obesitas yang melanda penduduk Indonesia dan generasi muda yang mulai enggan menikah sehingga berakibat semakin mulai menyusut populasi manusia masa depan. Saya cenderung menyebutnya sebagai. trias epidemi berikutnya yang munculnya berurutan dan sangat sulit upaya mengatasinya.

Memang aneh ditengah kampanye mengatasi stunting, masalah obesitas muncul. Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan akibat gizi lebih atau penerapan gizi yang salah. Pola makan dengan tinggi kalori dan lemak makin digemari oleh berbagai generasi. Makanan olahan dan ultra olahan menjadi santapan sehari hari dan sudah menjadi pola hidup .

Di Indonesia obesitas ini kasusnya malah telah melebihi stunting. Kalau prevalensi stunting diperkirakan 21 persen maka kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa meningkat pesat dari 19,1 persen tahun 2007 menjadi 35,4 persen sepuluh tahun sesudahnya (2018).. Sedangkan pada anak usia 5-12 tahun prevalensi nya mencapai18,8 persen yang kelebihan berat badan, diantaranya 10,3:persen mengalami obesitas (Data dari HISOBI, Himpunan Bidang Studi Obesitas) . Diyakini kecepatan peningkatan prevalensi obesitas lebih cepat terjadi dari penurunan stunting karena di topang oleh gaya hidup yang semakin meniadakan aktivitas fisik.

Satu diantara tiga orang dewasa dan satu diantara lima anak Indonesia, dikungkung oleh kelebihan berat badan dan obesitas. Sungguh berat untuk mengatasinya sehingga terjadinya penyakit stroke, penyakit jantung, diabetes mellitus dan berbagai potensi penyakit cardio metabolic mengancam Indonesia. Studi yang pernah dilakukan oleh Fakultas Ekologi Manusia, FEMA IPB tahun 2016 menyebutkan estimasi kerugian ekonomi akibat obesitas di Indonesia pada orang dewasa Rp 78,5 Trilliun ekivalen 0,9 persen PDB Indonesia

Tuntutan biaya hidup yang multi dimensi mungkin menyebabkan orang muda Indonesia enggan menikah atau lebih senang menjomblo. Walaupun keadaan ini masih bisa dipertanyakan, tetapi data dari Kementrian Agama menunjukkan benar adanya fenomena ini.

Data tahun 2018 tercatat 2,01 juta pasangan menikah. Kemudian turun jadi 1,96 juta  pasangan pada tahun 2019. Turun lagi jadi 1,78 juta pasangan selama tahun 2020. Disusul tahun 2021 dengan 1,74 juta juta pasangan. Selanjutnya menurun terus jadi 1,70 juta pasangan dan akhirnya di tahun 2023 jadi 1,58 juta pasangan..

Kalau dihitung secara cermat telah terjadi penurunan rerata 128.000 pasangan dari sejak 2022. Apakah kecenderungan ini akan berpengaruh pada struktur demografi Indonesia? Masih terlalu dini untuk dapat disimpulkan.. Namun sebagai contoh dapat disebutkan di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah  dan DI Jakarta menurut BPS. setempat angka kelahiran, Total. Fertility Ratenya telah menyentuh masing masing-masing dibawah 2′. Apa ini artinya? Berarti selama usia produktifnya para perempuan di provinsi tersebut hanya akan memiliki anak satu sampai dua atau ada yang. tidak mau memiliki anak sama sekali.

Tentunya hal ini akan berdampak pada pertumbuhan populasi penduduknya yang juga berada di kisaran tidak lebih dari 1. Pertumbuhan penduduk Jawa Timur 0,56 persen Jawa Tengah 0,70 persen dan DI Jakarta 0,93 persen

Masalah ini disebabkan oleh hanya keengganan generasi muda untuk menikah dan mempunyai  anak. Menyebabkan struktur piramida kependudukannya mengalami kontraksi. Kecenderungan penduduk yang ageeing population menjadi tak terhindarkan didukung oleh meningkatnya usia harapan hidup. Berbahagiakah hidup di Indonesia? Pada saat masa transisi ini mungkin berbahagia. Tapi kelak Indonesia akan berhadapan dengan Trias epidemi yang dapat menjelma jadi pembunuh senyap obesitas, hidup menjomblo, dan populasi yang semakin susut kalau tidak diambil langkah antisipatif

Penulis: M. Chairul Arifin, Alumni. FKH UNAIR