UNAIR NEWS – Pertukaran budaya adalah hal yang tidak lagi mustahil dilakukan di era globalisasi seperti sekarang. Melalui gawai, seseorang dapat mengakses seluruh informasi yang bahkan berada jauh di luar jangkauannya. Namun, pengalaman nyata untuk bersentuhan langsung dengan budaya pada dasarnya adalah pengalaman yang tidak bisa digantikan hanya melalui tayangan di gawai semata.
Oleh karena itu, World University Association for Community Development (WUACD) Universitas Airlangga mengadakan International Community Development. Program ini dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa S1 UNAIR dengan beberapa persyaratan seperti TOEFL. Salah satu negara tujuan dari program ini adalah Thailand, di mana dalam hal ini UNAIR bekerja sama dengan Prince of Songkhla University dan Kasetsart University.
Salah satu mahasiswa UNAIR yang mengikuti program tersebut adalah Nabila Putri Siswandini. Selama 5 hari, yaitu pada 23 – 27 April, Nabila dan sembilan mahasiswa UNAIR lainnya melaksanakan program tersebut bersama perwakilan dari Prince of Songkhla University.
Pengalaman Cross Cultural yang Berkesan
Saat hari pertama Nabila dan tim datang di Thailand, mereka disambut oleh perwakilan Prince of Songkhla University dengan persembahan tari-tarian tradisional Thailand. Mahasiswa UNAIR juga turut berkesempatan untuk menampilkan budaya Indonesia seperti tari Maumere dan lagu-lagu tradisional. Selain itu, Nabila juga berkesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat di Thailand seperti Folklore Museum dan kuil Wat Khu Tao.
Menurutnya, banyak manfaat yang didapat selama menjalankan program.”Pastinya manfaat yang aku dapat adalah transfer knowledge, cross culture, dan banyak insight antar negara ASEAN tentang bagaimana memanfaatkan komunitas lokal untuk mengembangkan SDM dari negara tersebut,” papar Nabila.
Bertukar Ide untuk Pengembangan Komunitas Lokal Thailand
Bagi Nabila, pengalaman yang paling berkesan selama program tersebut ialah mengunjungi berbagai komunitas lokal yang ada di Thailand. “Yang sangat berkesan adalah ketika kita dibagi menjadi beberapa grup dan kita mengunjungi berbagai macam komunitas lokal di sana. Jadi kita punya kesempatan untuk diskusi langsung dengan komunitas lokal di sana, bagaimana mereka mengembangkan komunitasnya menjadi lebih baik, dan juga saling transfer ilmu,” ungkapnya.
Salah satu yang Nabila dan tim kunjungi ialah perkebunanan mini mango. Pada kasus yang ia temui, komunitas tersebut mengalami hambatan pada dukungan pemerintah. Maka, kelompoknya mengusulkan untuk turut melakukan promosi di media sosial. Ini bertujuan agar informasi soal komunitas tersebut dapat lebih mudah diakses dan diketahui, baik oleh pemerintah setempat maupun turis mancanegara.
Penulis: Afifah Alfina
Editor: Kehfti Al Mawalia