Universitas Airlangga Official Website

Efektivitas Deep Eutactic Solvent dalam Ekstraksi Polifenol

Berbagai jenis makanan yang mengandung polifenol (sumber: halodoc)

Polifenol merupakan metabolit sekunder tanaman yang juga berbasis tanaman memiliki berbagai aktivitas biologis. Termasuk antioksidan, anti inflamasi, antimikroba, dan pencegahan penyakit. Karena aktivitas biologis dan efek terapeutiknya yang khas ini. Banyak yang memperkirakan pasar polifenol global akan mencapai USD 2,98 miliar pada tahun 2030. Apa lagi dengan adanya dorongan permintaan yang cukup banyak dari berbagai industri. Namun, dalam penerapannya di industri, pemulihan dan ekstraksi polifenol dari sumber daya alam seringkali menggunakan pelarut organik. Beberapa kali juga menggunakan pelarut berbasis minyak bumi dengan energi tinggi konsumsi. 

Ekstraksi menggunakan pelarut konvensional selalu menunjukkan selektivitas yang rendah. Hasil ekstraksi yang rendah dan toksisitas yang tinggi serta tidak ramah lingkungan. Dengan demikian, penggunaan pelarut konvensional selalu terbatasi dengan peraturan seperti Registrasi, Evaluasi, Otorisasi, dan Pembatasan Bahan Kimia EC 1907/2006. Oleh karena itu, perlu ada sebuah pengembangan pelarut ekstraksi yang ramah lingkungan untuk menggantikan pelarut yang berpotensi berbahaya ini.

Penelitian ini mencoba menguak ekstraksi polifenol dari mikroalga Chlorella vulgaris menggunakan pelarut Deep Eutactic Solvent (DES) berbasis kolin klorida yang ramah lingkungan. Khususnya DES 1 (kolin klorida: etilen glikol, 1:2) dan DES 2 (kolin klorida: gliserol, 1:2). Karakterisasi termal DES melalui analisis DSC mengkonfirmasi pembentukannya sebagai pembentuk kaca. Sementara melalui analisis densitas dan viskositas mengungkapkan pengaruhnya pada efisiensi ekstraksi. Baik DES dan metanol digunakan dalam ekstraksi padat-cair yang dikombinasikan dengan sentrifugasi. 

Metode Folin-Ciocalteu mengukur kandungan fenolik total. Itu menunjukkan bahwa DES 1 dan DES 2 mengungguli metanol (masing-masing 80,04, 68,63, dan 60,15 mg GAE / g). Penggunaan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) untuk mengkonfirmasi hasil ini. Hasil HPLC menunjukkan bahwa DES 1 menunjukkan efisiensi ekstraksi tertinggi pada 198,00 ± 4,45 mg / L asam galat, diikuti oleh DES 2 pada 189,83 ± 4,84 mg/L dan yang terendah adalah MeOH sebesar 138,47 ± 5,36 mg/L. Uji Pembersihan Radikal DPPH menunjukkan bahwa DES 1 dan Ekstrak DES 1 dan DES 2 memiliki aktivitas penangkap radikal yang signifikan (88,45 ± 0,17)% dan (66,13 ± 1,62)%, daipada ekstrak MeOH yang menunjukkan aktivitas antioksidan terendah sebesar (30,41 ± 1,70) %. 

Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti potensi DES dalam meningkatkan ekstraksi polifenol dari Chlorella vulgaris yang memungkinkan optimasi lebih lanjut dan eksplorasi interaksi DES-polifenol. 

Sebagai kesimpulan, penelitian ini berhasil membuat dan mengkarakterisasi dua DES, yaitu DES 1 (ChCl: EG) dan DES 2 (ChCl: Gly), dengan rasio molar 1:2. Karakterisasi termal menunjukkan bahwa kedua DES tersebut adalah kaca pembentuk kaca dengan wujud cair pada rentang suhu yang luas. Kepadatan dan analisis viskositas mengungkapkan sifat yang berbeda dari DES ini, dengan DES-2 menunjukkan viskositas yang lebih tinggi (81,72 mPa⋅s) dan densitas (1,2105 g/ cm3) daripada DES-1, yang menunjukkan viskositas yang lebih rendah (5,47 mPa⋅s) dan densitas (1,1142 g/cm3). Hasil ini menggarisbawahi pentingnya peran ikatan hidrogen dalam pembentukan DES, dengan suhu yang memberikan pengaruh penting pada densitas dan viskositas. 

Penulis: Mohamad Hamdi Zainal-Abidin, Jia Jia Eng, Khairunnisa’ Khairuzi, Sonny Kristianto

Baca Juga: Pemimpin Berpola Pikir Paradox dalam Perubahan Organisasi