Universitas Airlangga Official Website

Potensi Alga Hijau Bornetella Nitida sebagai Antikanker

Bornetella Nitida
Ilustrasi Bornetella Nitida (sumber: AlgaeBase)

Keanekaragaman makroalga di Indonesia merupakan yang terbesar kedua dunia setelah China. Dari ekspedisi Sibolga dan Weber van Bosse pada tahun 1913 mencatat lebih dari 782 spesies makroalga berada di perairan Indonesia. LIPI melaporkan perkembangan terbaru, tercatat 903 spesies dan 268 marga yang terdiri dari phylum Chlorophyta (201 spesies), Phaeophyta (138 spesies), dan Rhodophyta (564 spesies). Kondisi perairan tropis Indonesia yang hangat sangat cocok untuk pertumbuhan makroalga mendukung potensi ini. Karena sinar matahari yang cukup untuk pertumbahan alga dan nutrisi di perairan yang sesuai. Namun demikian, potensi aktivitas farmakologi sebagian besar spesies makroalga belum dieksplorasi secara optimal.

Bornetella nitida adalah salah satu contoh dari banyak spesies makroalga yang belum dieksplorasi secara mendalam senyawa bioaktifnya. Di Sumbawa (NTT) rumput laut hijau Bornetella nitida disebut lamota. Pemanfaatan Lamota memang masih belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun masyarakat Sumbawa biasanya mengolah makroalga ini menjadi bahan campuran untuk beberapa jenis makanan seperti urap dan sepat (makanan khas Sumbawa). B. nitida juga dapat tumbuh liar di Pulau Selayar, Sulawesi, Indonesia. Sejauh penelusuran yang dilakukan, eksplorasi bioaktivitas dari genus Bornetella hanya ditemukan pada spesies Bornetella oligospora. Berdasarkan laporan tersebut, fraksi kloroform Bornetella oligospora mengandung senyawa terpenoid dan memiliki potensi sebagai antikanker. Pada karya ilmiah popular ini memaparkan hasil penelitian tentang aktivitas fraksi n-hexane, chloroform, ethyl acetate, and methanol yang mempunyai aktivitas antikanker terhadap sel kanker servik HeLa dan aktivitas antioksidan in vitro.

Aktivitas antikanker fraksi n-hexan, chloroform, ethyl acetate, dan methanol dari B. nitida menunjukkan bahwa fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas tertinggi yaitu 281.9 μg/mL dibandingkan fraksi n-hexan, chloroform dan methanol. Sedangkan untuk aktivitas antioksidan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) menunjukkan bahwa fraksi n-hexan yang mempunyai aktivitas tertinggi diikuti oleh fraksi kloroform, etil asetat, dan metanol dengan IC50 berturut-turut: 22.20, 87.77, 401.55, and 752.08 μg/mL.

Hasil analisis Gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) analysis menunjukkan adanya senyawa-senyawa asam-asam L-ascorbic-2,6-dihexadecanoate, octadec-9-enoat, hexadecatrienoat, 2,4-bis(1,1-dimethylethyl)phenol, 9,12- octadecadienoate, (Z,Z), 1,2-benzenedicarboxylat, 2,6,10-trimethyl-14-ethylene-14-pentadecene, and phytol. Fraksi semipolar dapat dikembangkan sebagai agent antikanker, namun penelitian lanjutan uji in vivo masih perlu dilakukan.

Penulis: Prof. Dr. Pratiwi Pudjiastuti, Dra., M.Si.


Diambil dari jurnal terpublikasi: Nunuk Hariani Soekamto, Bahrun, Tatsufumi Okino, Herlina Rasyid, Pratiwi Pudjiastuti, Yuni Elsa Hadisaputri, Rahadian Zainul, Chemotherapeutic prospects of organic extracts of Bornetella nitida from Selayar Island, Kuwait Journal of Science, 51 (2024) 100223

Baca juga: Perbandingan Efek Antioksidan Polisakarida Mikroalga Isolat Pantai Glagah Yogyakarta dan Jawa Timur